Mohon tunggu...
Sam Kamuh
Sam Kamuh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Editor

Live your life with good thoughts, good words, good deeds.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Generasi ke Generasi

14 Oktober 2019   04:11 Diperbarui: 14 Oktober 2019   04:21 5
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Selama masa-masa Inkuisisi Spanyol yang menakutkan, banyak orang Yahudi secara terbuka memeluk agama Katolik tetapi secara diam-diam mempraktikkan sebagian dari agama mereka.  Berabad-abad kemudian, beberapa keturunan mereka mulai mengidentifikasi warisan Yahudi mereka ketika mereka menemukan sejarah di balik kebiasaan keluarga --- seperti menyalakan lilin pada hari Sabtu dan saling menyapa Adonai ketika mereka bertemu.

 Pada abad 14 dan 15, Spanyol adalah tempat yang kelam bagi orang-orang Yahudi.  Penindasan dan prasangka jahat telah ada selama bertahun-tahun, tetapi setelah Inkuisisi Spanyol, banyak orang Yahudi masuk Katolik untuk melindungi diri mereka sendiri.  Mereka dikenal sebagai Conversos atau Marranos.  Sejumlah orang ini terus mempraktikkan Yudaisme secara sembunyi sembunyi.  Mereka menyalakan lilin Sabat dalam kegelapan rumah mereka sendiri.  Mereka membisikkan kata kata berkat Ibrani selama misa.  Mereka memegang sederver Paskah mereka di luar ruangan, pada jarak yang aman dari pandangan mata.

 Bertahun-tahun kemudian, beberapa keturunan mereka mulai menyadari bahwa bagian kecil dari praktik keagamaan keluarga mereka terkait dengan Yudaisme.  Mereka tidak pernah menyadari bahwa iman nenek moyang mereka telah diturunkan selama berabad-abad.  Sejarah menjadi hidup dengan pengetahuan tentang siapa leluhur mereka sebenarnya.

 Dalam Alkitab, pemazmur mencatat janji untuk menjaga iman agar tetap hidup selama beberapa generasi yang akan datang.  Dia mengingat perkataan dan praktik-praktik kuno, belajar dari para leluhurnya, dan bersumpah bahwa rakyatnya tidak akan menyembunyikan kebiasaan itu dari anak-anak mereka, memberi tahu generasi yang akan datang untuk memuji Tuhan. Mereka berjanji untuk  meneruskan pengetahuan tentang Tuhannya.  

Membagikan pengetahuan tentang Tuhan kepada anak-anak kita adalah salah satu cara paling ampuh untuk mempertahankan iman. Dampak dari keteladanan kita akan hidup dari satu generasi ke generasi berikutnya.

Mazmur 78:2-4
Aku mau membuka mulut mengatakan amsal,
aku mau mengucapkan teka-teki dari zaman purbakala.
(3) Yang telah kami dengar dan kami ketahui,
dan yang diceritakan kepada kami oleh nenek moyang kami,
(4) kami tidak hendak sembunyikan kepada anak-anak mereka,
tetapi kami akan ceritakan kepada angkatan yang kemudian
puji-pujian kepada TUHAN dan kekuatan-Nya dan perbuatan-perbuatan ajaib yang telah dilakukan-Nya

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun