Mohon tunggu...
Sam Kamuh
Sam Kamuh Mohon Tunggu... Wiraswasta - Editor

Live your life with good thoughts, good words, good deeds.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Gunung yang Kudus

22 Juli 2019   01:44 Diperbarui: 22 Juli 2019   01:59 32
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Dengan ketinggian 29.035 kaki, Mt.  Everest adalah gunung tertinggi di dunia.  Nama gunung ini diambil dari Sir George Everest, seorang surveyor Inggris, pada tahun 1865. Gunung ini sebenarnya memiliki banyak nama yang berbeda, termasuk Sagarmatha (bahasa Nepal yg artinya 'dewi langit'), Chomolungma (bahasa Tibet untuk 'ibu dari dewi alam semesta'),  dan sebutan sederhana, 'Puncak 15.

Jika saudara memutuskan untuk melakukan perjalanan ke Nepal untuk mendaki salah satu gunung tertinggi di dunia, saudara sebaiknya merencanakan jauh jauh hari sebelumnya. Mencapai puncak tertinggi di planet kita ini bukan untuk mereka yg sekedar kuat fisik saja. Banyak yang mati hanya karena membuat kesalahan kecil ketika mencoba untuk mencapai puncak.  Kadar oksigen diatas sana hanya sepertiga dari jumlah oksigen di permukaan laut, jadi tanpa udara tambahan, saudara akan mudah hilang kesadaran.  Kandungan energi bisa jatuh sampai di atas zona kematian --- 8.000 meter --- di mana jumlah oksigen yg ada tidak cukup untuk mempertahankan kehidupan.

 Pendaki gunung yang baik menghormati gunung.  Mereka mengetahui batas kemampuan mereka.  Mungkin tragedi terbesar di Mt.  Everest terjadi pada tahun 1996, ketika beberapa kelompok pendaki bersikeras melampaui waktu yg sudah ditentukan untuk kembali. Dibutuhkan kerendahan hati untuk mengakui kegagalan, berbalik, dan kembali turun.

 Daud bertanya kepada Allah dalam Mazmur 15:1,2:
"TUHAN, siapa yang boleh menumpang dalam kemah-Mu?
Siapa yang boleh diam di gunung-Mu yang kudus?
Yaitu dia yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil dan yang mengatakan kebenaran dengan segenap hatinya"

Berjalan dengan tegak berarti berjalan dengan rendah hati.  

Filipi 2: 3 menjelaskannya seperti ini:
"dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri"

 Tempat tertinggi yang bisa kita capai adalah dengan merendahkan hati kita di kaki Bukit Kalvari, tempat dimana Yesus mati untuk kita.  Kristus merendahkan diri-Nya ke bumi ini sehingga kita dapat diangkat bersama-Nya ke gunung Surgawi, yang jauh lebih tinggi dari Gunung Everest.

 Ayat renungan:
 "Sebab beginilah firman Yang Mahatinggi dan Yang Mahamulia, yang bersemayam untuk selamanya dan Yang Mahakudus nama-Nya: "Aku bersemayam di tempat tinggi dan di tempat kudus tetapi juga bersama-sama orang yang remuk dan rendah hati, untuk menghidupkan semangat orang-orang yang rendah hati dan untuk menghidupkan hati orang-orang yang remuk."
Yesaya 57:15

Doug Batchelor

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun