Mohon tunggu...
Kamalia Purbani
Kamalia Purbani Mohon Tunggu... Lainnya - Pemerhati Pemerintahan, Lingkungan Hidup dan Pemberdayaan Perempuan

Purnabakti PNS Pemerintah Kota Bandung. Terakhir menjabat Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan. Pernah menjabat sebagai Kepala Bagian Pemberdayaan Perempuan, Kepala Kantor Litbang, Kepala Dinas Tenaga Kerja, Kepala Dinas Tata Ruang dan Cipta Karya, Kepala Bappeda, Inspektorat, Staf Ahli Walikota Bidang Teknologi Informasi, Asisten Daerah Pemerintahan dan Kesra

Selanjutnya

Tutup

Nature

Betulkah Masyarakat Indonesia Penghasil Sampah Makanan Tertinggi?

28 September 2021   12:03 Diperbarui: 28 September 2021   12:12 152
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Nature. Sumber ilustrasi: Unsplash

Dalam sebuah studi dari The Economist, diperkirakan setiap orang Indonesia dapat menghasilkan sampah makanan bahkan hingga 300 kilogram per tahun. Sementara laporan The Food and Agriculture Organization (2011) diperkirakan 1/3 dari 1,3 milyar total makanan di dunia telah dibuang begitu saja. 

Menurut perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor Leste, Mark Smulders, pada tahun 2016 saja terdapat 13 juta metrik ton makanan yang terbuang (Smulder, 2016). Jika makanan tersebut dapat diselamatkan, diprediksi dapat dikonsumsi oleh 11% populasi di Indonesia, atau 28 juta penduduk setiap tahunnya. Angka tersebut mendekati kisaran jumlah penduduk miskin di Indonesia (Prasetyo, dkk, 2019)

Menggapa masyarakat membuang sampah makanan?

Meski makanan merupakan hal yang penting dalam kehidupan manusia, seringkali masyarakat membuang-buang makanannya tanpa alasan yang jelas. Hasil penelitian yang dilaksanakan oleh Divisi Penelitian Kanopi FEB UI tahun 2019 menjelaskan bahwa rasa merupakan hal utama yang menyebabkan masyarakat (termasuk responden) tidak menghabiskan makanannya dengan memeroleh persentase sebanyak 23% dari keseluruhan responden. 

Faktor-faktor lain seperti porsi, kandungan gizi, tanggal kedaluwarsa, dan kebersihan makanan pun secara bersamaan berada di posisi selanjutnya dengan persentase yang diperoleh masing-masing faktor sebesar 13%. Kemudian, faktor-faktor seperti kualitas makanan (12%), mood (11%), merk (1%), kekenyangan (1%), dan alergi tertentu (1%) juga ditemukan dalam penelitian tersebut. Dijelaskan pula bahwa temuan dalam penelitian ini tersebut sesuai dengan studi dari Yayasan Waste & Resources Action Programme di Inggris yang menemukan bahwa faktor rasa, porsi, dan tanggal kedaluwarsa memang merupakan alasan yang paling sering disebutkan masyarakat untuk membuang-buang makanan.

Hasil Penelitian FEB UI lainnya telah mengkonfirmasi apa yang diutarakan Parfitt et al. (2010) bahwa masyarakat cenderung membuang lebih banyak makanan ketika mereka menghabiskan hanya sebagian kecil dari pendapatan mereka tersebut. Mengenai lokasi yang paling sering orang tidak menghabiskan makanannya, ditemukan bahwa hampir 50% dari responden menyatakan bahwa kondangan adalah lokasi yang paling sering untuk tidak menghabiskan makanan. 

Dalam studi yang dilakukan oleh Baig et al. (2018), disebutkan bahwa acara-acara seperti festival keagamaan, pernikahan, dan pesta, memang berkontribusi terhadap fenomena food waste ini, di mana lazim untuk menyajikan jamuan makan mewah dengan makanan segar yang berlimpah. Jenis makanan yang paling banyak tidak dihabiskan adalah nasi dan lalapan (sayur mayur). Penemuan ini selaras dengan sebuah studi yang dilakukan oleh FAO pada tahun 2016, yang menemukan bahwa lalapan (tergolong sebagai sayur-sayuran) dan nasi menduduki peringkat ke-2 dan peringkat ke-4 dalam hal jenis makanan yang sering dibuang oleh masyarakat di seluruh dunia (Garfield, 2018).

Mengapa masyarakat tidak menyadari kesalahan membuang sampah makanan?

Membuang sampah makanan memiliki dampak lingkungan dan sosial. Mayoritas masyarakat pernah melakukannya dan tidak pernah merasa berdosa telah melakukannya. Di Indonesia, hampir 13 juta ton makanan dibuang sia-sia setiap tahunnya. Jumlah makanan yang terbuang ini dapat memberi makan kurang lebih 28 juta orang, sama dengan angka kelaparan di Indonesia. Dari sisi lingkungan hidup, Selain itu, sisa makanan tersebut dapat meningkatkan emisi metana. Metana dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan berbagai macam masalah, seperti meningkatnya emisi gas rumah kaca dan berbahaya bagi kesehatan manusia, bahkan dapat menyebabkan kematian.(Frischmann, 2018)

Penelitian yang dilakukan oleh Afifah, Roidah, Tahun 2018 di Kota Malang, menambahkan informasi mengenai faktor faktor yang mempengaruhi perilaku rumah tangga terhadap food waste pada tingkat rumah tangga di negara berkembang, khususnya Indonesia. Hasil penelitian menunjukkan tiga faktor dominan yang mempengaruhi food waste adalah pilihan makanan, penanganan makanan, dan rutinitas belanja. Berdasarkan hasil yang diperoleh ada tiga upaya yang dapat dilakukan oleh konsumen di tingkat rumah tangga untuk mengurangi jumlah food waste. 

Pertama, dengan meningkatkan pengetahuan tentang pemilihan makanan yang baik dan pentingnya mengonsumsi makanan sehat. Kedua, meningkatkan keterampilan yang berkaitan dengan penanganan makanan baik dalam proses penyimpanan ataupun pengolahan. Ketiga, konsumen disarankan untuk berusaha membuat daftar kebutuhan sebelum berbelanja dan mematuhinya. Hal ini dapat meminimalisir terbuangnya bahan-bahan makanan yang sebenarnya tidak dibutuhkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun