Dahulu saat saya masih berada di tempat yang aman, lumayan sejuk, bahkan untuk saya, istri dan orang tua cukup. Â Kala itu saya berfikir, masa iya saya takut bermimpi punya tempat lain.
Tak lama dinding-dinding terasa sesak, lalu saya terpaksa segera membuka pintu dan mencari pintu lain. Â Ah siapa yang menjamin, kalau saya tetap disini saya akan tetap aman.
Akhirnya saya mendiami tempat baru, yang mulanya amat sangat terasa nyaman dan klop dengan hati. Â Ah siapa yang menjamin, ternyata di beberapa masa berikutnya, atap-atap mulai bocor.
Tapi, dengan sigap semampu dan sebisa saya, mencoba membantu menambal kebocoran. Â Lama-lama saya mulai kembali berfikir, mengapa kerapuhan makin terlihat. Â Ah siapa yang menjamin, kalau kerapuhan ini akan bertahan selamanya. Â Toh badai pasti berlalu, katanya.
Belakangan Rahwana datang menculik ketenangan. Â Badai mungkin tak segera berlalu katanya. Â Tapi tempat ini perlu dirawat sendiri. Â Karena dengan begitu, kenyamanan bisa dinikmati bersama. Â Tapi, Ah siapa yang menjamin, kalau itu benar bisa dilakukan.
Ah siapa yang menjamin ?
Rusdi.