Mohon tunggu...
Kaldera Fantasi
Kaldera Fantasi Mohon Tunggu... -

Pecinta dunia fiksi fantasi. Komunitas pecinta fiksi fantasi. Hadir pula di www.facebook.com/groups/kalfa

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Gambar

22 Desember 2011   08:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   21:54 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Apa yang bisa dilakukan oleh gambar? Seberapa jauh gambar dapat memprovokasi, menginspirasi, menggerakkan, memaknai, dan membuat diri berkontemplasi? Gambar bukan sekedar goresan dari pensil ataupun kuas. Gambar bukan sekedar tentang komposisi, karakter, pewarnaan. Gambar dapat menjadi pesan. Gambar dapat menjadi jiwa. Konon katanya 1 gambar dapat lebih mewakili dibandingkan dengan seribu kata. Gambar dapat menjadi enigma. Lihat saja master piece dari Leonardo Da Vinci berupa lukisan Monalisa. Lukisan Monalisa adalah enigma yang sempurna. Mulai dari cerita di balik siapa sosok Monalisa sesungguhnya, komposisi dari pembuatan Monalisa, hingga makna senyum dari Monalisa. Dalam jagat sastra, lukisan Monalisa bahkan menjadi fragmen penting dari novel Da Vinci Code. Lukisan Monalisa seakan bicara. Lukisan Monalisa seakan setia mendekap rahasianya yang bertahan mengarungi waktu. Begitulah kiranya kumparan makna dari novel Da Vinci Code perihal lukisan Monalisa. Gambar dapat menjadi karakter khas dari seseorang ataupun suatu entitas. Maka para seniman di bidang gambar berusaha untuk menemukan “tanda tangannya”. “Tanda tangan” sendiri merupakan bukti dari aktualisasi diri dan karya. Setelah melalui detak waktu, setelah menghasilkan karya demi karya. Dan pengakuan pun terjadi. Maka berbanggalah sang seniman di bidang gambar. “Tanda tangannya” bukan sekedar goresan singkat tentang inisial. Ada proses perjuangan di balik menemukan “tanda tangan”. “Tanda tangan” juga dapat menunjukkan karakter dan kekhasan dari seniman gambar. “Tanda tangan” tersebut seperti mengkonfirmasi dari sebuah karya dengan karakter khas yang kuat. Dalam novel Perahu Kertas karangan Dewi Lestari misalnya bagaimana Keenan yang cerdas, artistik dan mampu menghasilkan lukisan-lukisan yang impresif pada kenyataannya harus bertemu dengan realita sosial jagat perlukisan. Keenan yang pendatang baru di blantika perlukisan langsung melesat dengan menempatkan karya lukisnya di Galeri Warsita yang merupakan tempat prestisius bagi pelukis. Namun talenta dan impresifnya gambar dari Keenan belum cukup untuk menarik seorang pembeli pun yang orisinal untuk membeli karyanya. Keenan untuk kemudian harus melakukan perjalanan personal menemukan takdirnya. Ia pergi ke Bali, ia menggali inspirasi dari sebuah buku cerita yang dikarang oleh orang yang dicintainya. Dan Keenan pun secara perlahan berhasil menyusun balok-balok kesuksesannya. Keenan menemukan “tanda tangannya” dengan sebuah kerja keras, perjalanan, dan takdir. Seperti itu pula perjalanan nyata dari seorang seniman gambar. Tidak sekedar talenta yang dibutuhkan untuk berhasil, masih ada ornamen lain seperti konsistensi, kerja keras, kerja cerdas, dan takdir yang mempengaruhi keberhasilan menempuh jalan sebagai seniman gambar. Dalam talk show yang berlangsung di Indonesian Comic Fair II, Djair Warni (pengarang Jaka Sembung) mengemukakan pendapatnya bahwa kemampuan menggambar dari komikus era sekarang cukup bagus. Menurutnya titik lemah dari komikus era sekarang ialah pada kekuatan cerita. Benar kiranya gambar merupakan medium dari pesan. Sama halnya dengan tulisan yang menjadi artikulasi dari pesan, gambar pun memiliki efek untuk mempengaruhi. Lalu seberapa besar pengaruh dari gambar dapat mempengaruhi si pembacanya?

Seberapa besar pengaruh dari gambar dapat mempengaruhi si pembaca, menurut hemat saya tidak sekedar dari kemampuan teknis dalam menggambar. Kemampuan teknis dalam menggambar penting dan determinan bagi keberhasilan sebuah karya, namun jangan lupakan kekuatan cerita dan pesan. Berkisah tentang kekuatan cerita dan pesan, baru-baru ini saya menamatkan komik berjudul Nanny. Komik Nanny sendiri merupakan kisah-kisah yang terkumpul dalam kompilasi yang dibuat dalam rangka 24 Hour Comics Day. Terdapat 7 komik pendek dalam komik Nanny tersebut. Dari 7 komik pendek tersebut, saya secara subyektif akan memilih komik dari Tita Larasati yang berjudul tentang bumi. Secara teknis menggambar, gambar dari Tita mewakili kesan sederhana dan tidak terlalu wah dengan detil beserta segala ornamennya. Namun ada distingsi istimewa dari karya Tita yakni kekuatannya dalam menyampaikan pesan. Tita memaparkan fakta emprik sembari menggedor pintu kesadaran untuk lebih peduli terhadap lingkungan. Komik tentang bumi telah berhasil memprovokasi, menginspirasi, dan mendiseminasi gagasannya. Kekuatan pesan dalam gambar juga dapat menemui referensinya melalui karya Indonesian Damn Good Cartoon. Indonesian Damn Good Carton merupakan kompilasi karya dari Jitet Koestana, Didie SW, Tommy Thomdean, dan Arif Sutristanto. Mereka adalah para kartunis Indonesia yang sering menang di berbagai festival dunia seperti World Press Cartoon Portugal, Syria Cartoon Contest, Jiaxing International Cartoon Contest China, dan festival lainnya.
“Membaca” Indonesian Damn Good Cartoon sendiri bagi saya secara personal benar-benar menginspirasi. Bagaimana dari satu gambar komplet begitu indah secara artistik dan begitu baik dalam menyampaikan pesan. Terkadang pembaca dibuat tertawa, terkadang pembaca dibuat termenung dengan kondisi realitas yang dihadirkan dalam gambar. Indonesian Damn Good Cartoon sendiri dibagi dalam sembilan cluster, dimana di awal bab terdapat kalimat bestari dari tokoh dunia. Cluster yang ada sendiri ialah Nature, Power, Animal, Peace, Technology, Public, Press, Death, City. Adapun kalimat bestari dapat saya ujarkan sebagai berikut, “It has become appalingly obvious that our technology has exeeded our humanity.” -Albert Einstein, physicist, Nobel Prize Winner-. Saya teringat dengan pelajaran sejarah pada masa sekolah dulu, bahwasanya peninggalan dari manusia salah satunya ialah dalam bentuk gambar. Sejarah dalam bentuk gambar dapat dilihat pada dinding-dinding di gua, dalam makam-makam para fir’aun, dan sebagainya. Pendek kata sejarah telah menjadi medium bagi jejak manusia. Menggambar memang tak hanya sekedar goresan garis dan lengkung. Gambar adalah cerita beserta makna. Maka setiap gambar merupakan bukti otentik yang bertutur tentang jejak kemanusiaan. Selamat menggambar dan bertutur kepada dunia. Kalfa (Kaldera Fantasi) merupakan komunitas dengan titik fokus pada fiksi fantasi. Ada beberapa distrik yang kami coba jelajahi yakni: Buku-Film-Games-Japan/Anime-Komik. Hadir juga di www.facebook.com/groups/kalfa {fin}

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun