Mohon tunggu...
Umarulfaruq Abubakar
Umarulfaruq Abubakar Mohon Tunggu... Guru - Mahasiswa Universitas Islam Indonesia - Yogyakarta

Saya menulis bukan karena saya pandai menulis, melainkan karena ada yang ingin saya sampaikan. Saya ingin memberi kepada bangsa ini dan berbagi dengan anak-anak negeri walau hanya dalam sebentuk tulisan. Hitung-hitung juga sebagai deposito amal untuk nanti setelah mati. Salam kenal buat semua. Kenalkan (sambil mengulurkan tangan): saya Umarulfaruq Abubakar, asal Modelomo-Boalemo-Gorontalo.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Kegigihan: Belajar dari Keuletan Budak Sahaya

1 Juli 2010   11:30 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:09 321
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

[caption id="attachment_180835" align="aligncenter" width="300" caption="rantai kehidupan (http://gantharwa.files.wordpress.com)"][/caption] Adalah sangat susah bagi seorang budak belian untuk mewujudkan obsesi dan keinginan hidupnya. Bagaimana bisa, sementara hidupnya bukan miliknya. Dia adalah milik tuannya yang harus selalu siap kapan pun diperlukan. Detik waktunya adalah hitungan kerja memenuhi suruhan, melaksanakan perintah dan menjalankan keinginan sang majikan. Sebuah kehidupan yang tidak beraturan dan hanya berputar-putar pada siklus  perintah dan suruhan dari satu majikan kepada majikan lainnya. Maka tidak heran jika derajat budak selalu rendah dan sangat sulit untuk mencapai ketinggian. Demikian pula hal seorang budak dari Habasyah yang bekerja pada seorang perempuan di kota Mekah. Nasib telah membawanya menjadi budak belian lengkap dengan seluruh tanggung jawab yang harus dipikulnya sebagai hamba sahaya. Namun kondisi dirinya yang seperti ini tidak membuatnya patah semangat untuk mengukir sesuatu yang lebih berarti. Dalam kesibukan hariannya yang selalu berada dalam bayang-bayang perintah dan keinginan majikan, ia masih sempat membagi waktunya menjadi tiga bagian. Bagian pertama adalah untuk bekerja menjalankan tugasnya sebagai hamba sahaya. Bagian kedua untuk ibadah mengabdikan diri kepada Allah, Tuhan penciptanya, dan bagian ketiga untuk menuntut ilmu. Begitulah. Ia jalani hidupnya dengan teratur dengan tiga porsi waktu itu. Di sela-sela pekerjaanya, ia menyempatkan diri menemui sahabat Abu Hurairah r.a, Abdullah Ibnu Zubair r.a, Abdullah Ibnu Abbas r.a dan para sahabat lainnya untuk belajar dan meraup pengetahuan. Dia manfaatkan waktunya dengan sebaik-baiknya tanpa sedikitpun melalaikan kewajibannya sebagai seorang sahaya. Melihat kegigihan budah Habasyah ini dalam menuntut ilmu, majikannya kemudian memerdekakannya. Setelah itu ia pun mencurahkan seluruh waktunya untuk ilmu dan ibadah. Hingga sampailah suatu ketika Abdullah bin Umar r.a datang ke Mekah untuk melaksanakan umrah. Penduduk Mekah pun mengerumuninya untuk bertanya persoalan-persoalan agama. Ibnu Umar memandangi mereka sambil berkata:”Sungguh aku heran dengan kalian wahai penduduk Mekah.  Kalian mendatangiku untuk bertanya persoalan agama, padahal di tengah-tengah kalian ada ‘Atha bin Abi Rabah”. Ya. Hamba sahaya dari Habasyah tadi yang bernama ‘Atha bin Abi Rabah kini telah menjadi seorang pemuka ahli fiqih di kota Mekah. Ia menjadi imam dan guru di mesjidil haram, menyampaikan pelajaran dan mengeluarkan fatwa-fatwa untuk berbagai persoalan agama. Namanya hingga kini tetap menjadi rujukan dalam ilmu-ilmu keislaman. Kegigihannya telah membawanya ke derajat sangat mulia yang mungkin tak bisa dicapai oleh raja-raja. Demikianlah sejarah kembali bercerita bahwa sebuah kesungguhan dan kekuatan tekad akan sangat bisa mengantarkan pemiliknya ke puncak kejayaan. Kegigihanlah yang bisa mengumpulkan sesuatu yang bercerai-berai, menyatukan sesuatu yang berserakan, memadukan hal-hal yang tak beraturan dan bahkan bisa mempertemukan antara timur dan barat. Sesuatu yang seakan aneh dan tidak mungkin terjadi bisa menjadi sebuah kenyataan berkat kegigihan. Mempersatukan bangsa arab dan menghapus benih kekufuran yang telah berkembang luas adalah sesuatu yang hampir mustahil bagi setiap orang, namun ternyata Nabi Muhammad dengan segala kegigihannya bisa membawa masyarakat jahiliah itu menjadi bangsa yang berperadaban, bahkan sinar kemilau itu menyebar ke semenanjung arabia dan terus melebar menyinari seluruh belahan dunia. Imam Nawawi dengan usia hidupnya yang amat terbatas bisa menjadi seorang faqih dan menghasilkan banyak buku di bidang Fiqih dan Hadits yang tetap bermanfaat hingga kini. Imam As-Suyuti telah menjadi lautan ilmu yang amt dalam di berbagai cabang ilmu pengetahuan, khususnya di bidang tafsir, hadits, fiqih, nahwu dan balaghah dalam masa hidup yang tidak lama. Kegigihan pula yang menjadikan Hellen Keller, seorang wanita yang buta dan tuli bisa menjadi mahasiswa terbaik di universitas Harvard Amerika Serikat dan menghasilkan sebuah buku berjudul The Story of My Life yang kemudian menjadi Best Seller dan diterjemahkan ke dalam 50 bahasa. Demikianlah catatan sejarah umat manusia bercerita kepada kita bahwa kesuksesan terletak pada kegigihan dan tekad yang kuat. Maka adakah orang yang yang mengambil pelajaran dari ini semua?

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun