Mohon tunggu...
Joy Derry Sasmita
Joy Derry Sasmita Mohon Tunggu... Guru - menulis untuk mengabdikan diri, dan mengabadikan sejarah

Guru, Praktisi, Trainer, Tutor, Homeschooling, Sekolah Rumah, Sekolah Kesetaraan, PKBM, dan Bimbingan Belajar

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

7 Hal yang Harus Berubah dari Sekolah Saat Pandemi

14 Juli 2020   09:00 Diperbarui: 5 Agustus 2020   19:42 345
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sekolah pada masa kini terlebih lagi saat pandemi, menjadi sangat berbeda dengan sekolah pada masa sebelum pandemi. Kondisi pandemi saat ini tidak bisa dihindari dan dibarengi dengan revolusi teknologi yang berkembang pesat. Proses pendidikan mau tidak mau harus ikut bertransformasi, dan sekolah sebagai satuan pendidikan juga harus menyesuaikan dengan kebutuhan dunia pendidikan saat ini.

Nyatanya satuan pendidikan saat ini bukan hanya sekolah, tapi lembaga lembaga lain seperti Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM), Pendidikan Anaka Usia Dini (PAUD), dan lembaga kursus Pelatihan (LKP) juga menjadi bagian dari satuan pendidikan yang ada di masing-masing wilayah. lembaga-lembaga tersebut juga berhak disebut sekolah, dan merupakan bagian dari proses pendidikan nasional. Sehingga sangat perlu juga melakukan transformasi dalam proses kegiatan belajar mengajarnya.

Berikut adalah 7 hal yang harus dilakukan sekolah agar tetap 'kekinian' dalam melaksanakan kegiatan pendidikan dan diterima oleh masyarakat.

1. Mata pelajaran harus seperti menu makanan.

Belajar harus diubah mindsetnya dari sebuah kewajiban, menjadi bentuk kebutuhan dasar manusia. Sehingga siswa sadar, bahwa belajar adalah kebutuhan dasarnya, sebagaimana makan dan minum menjadi kebutuhan sehari-harinya. Jika diibaratkan sekolah adalah restoran, maka mata pelajaran adalah menu makanan. Dalam hal ini siswa diberi kebebasan dalam memilih menu makanan yang paling mereka suka namun tetap harus mencicipi semua menu yg disajikan tanpa paksaan. Kuncinya adalah semakin menarik dan unik menu itu disajikan, maka semakin lahap para siswa menyantapnya.

2. Kurikulum sekolah harus dibuat berdasarkan kebutuhan siswa bukan hanya kebutuhan sekolah.
Sekolah saat ini banyak dilaksanakan dengan metode daring, peraturan dan regulasi yang digunakan harus lebih fleksibel, terutama dalam menerapkan proses belajar, prosesnya harus lebih lentur namun tetap berorientasi pada kompetensi yang harus dicapai oleh siswa. Saat inilah waktu yang tepat dalam melatih tanggung jawab siswa dengan memberikan kepercayaan dan kebebasan dalam menjalankan proses belajar di rumah. Tentu saja dengan pendekatan yang tepat dan komunikasi yang baik.

3. Jadwal harus lebih fleksibel.
Saat pandemi ini sikap yang perlu dilatih adalah disiplin dan tanggung jawab. Melatih disiplin dan tanggung jawab bukan melulu tentang mengerjakan soal dan mengumpulkannya tepat waktu. Kemauan siswa untuk tetap belajar dan menyelesaikan materi-materi yang diberikan secara mandiri juga sudah menjadi bagian dari tanggung jawab itu. Jangan terlalu banyak memberi tugas, soal-soal atau PR yang nantinya hanya demi mengejar nilai atau angka-angka untuk di tulis di rapor. Berikan siswa proyek belajar yang bisa merangkum semua kompetensi yang dicapai (tematik), tumbuhkan terus minta dan antusias dalam mengerjakan proyek tersebut. Beri pujian atas usahanya dalam mengerjakan proyek tersebut, dan lebih fleksibel lagi dalam menetapkan jadwal proyek-proyek tersebut.

4. Saatnya guru menjadi coach.
Saat ini fungsi guru bukan hanya sebagai pengajar dan pendidik. Guru harus lebih peranan sebagai coach. Guru harus bisa melatih kebiasaan- kebiasaan baik siswa, melatih disipilin dan tanggung jawab siswa dengan benar. Seperti halnya seorang coach, guru harus mengenal setiap kemampuan siswa, melihat siswa dengan kacamata yang berbeda bukan hanya berdasarkan nilai yang dicapai namun berdasarkan arah minat dan bakat yang dimiliki siswa. Guru senantiasa selalu membakar semangat siswa dalam belajar dan berkarya di rumah. Guru harus mampu melatih siswa belajar lebih efisien sekaligus produktif dalam berkarya.

5. Fokus pada minat dan bakat.
Skill dan passion adalah duah yang bisa menjadi leverage dalam belajar. Itulah daya ungkit dan akselerasi yang tepat bagi siswa dalam belajar. Dengan melenturkan proses, artinya siswa boleh belajar sebanyak banyaknya apa yang mereka sukai dan mengurangi materi apa yang tidak disukai. Dengan kondisi tersebut tentunya skill akan bertumbuh sesuai passionnya. Tanamkan dalam diri bahwa belajar bukan skedar tentang mendapatkan nilai-nilai bagus, tapi menajamkan arah minat dan bakat yang dimilik. Dengan begitu guru bisa mentriger pembentukan mental jadi diri siswa yang mandiri dan melahirkan siswa yang lebih terampil dan sungguh sungguh dalam mengejar cita-cita dan impiannya.

6. Sekolah bukan karena ijazah, tapi membentuk akhlak.
Saat ini ijazah dan nilai nilai bagus di semua mata pelajaran, bukan lagi menjadi ukuran kompetensi yang sering diharapkan oleh banyak orang tua. Tapi pembentukan dan pelatihan kebiasaan kebiasan baiklah (baca:akhlaq) itulah yang menjadi fokus dari ketercapaian proses pendidikan di sekolah. Karena dalam kurikulum 2013 pun bukan hanya menekankan pada kompetensi pengetahuan, namun menekankan kompetensi keterampilan dan kompetensi sikap dan spritual yang semuanya terangkum dalam masuk dalam kompetensi inti. Jadi para guru harus merubah mindset terlebih dahulu dalam menilai siswa. Siswa terbaik bukan hanya dilihat dari nilai nilai yang diperoleh, namun dari keterampilan dan sikap yang ditunjukan.

7. Belajar dari ahlinya.
Learning from the expert. Belajar buka hanya tentang mengetahui materi tertentu dan menghafal materi-materi tersebut. Namun tentang bagaimana merasakan, mencoba , meniru, meresapi, merespon, menekuni, dan melakukan kesalahan-kesalahan dari hal hal dipelajari. Banyak salah berarti banyak belajar, itulah yang dilakukan oleh para ahli pada awalnya. Proses tersebut hanya dapat dirasakan dari ketekunan (baca : Grit), itulah sensasi dari belajar yang sebenarnya harus dirasakan oleh para siswa. Bukan berupa paksaan untuk sekedar mempelajari materi-materi tertentu dan mengerjakan soal-soal yang diberikan. Namun ledakan antuasias  dengan memberikan banyak inspirasi, mengapa siswa harus belajar materi-materi yang disampaikan tersebut.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun