Mohon tunggu...
RenteBenteMabar
RenteBenteMabar Mohon Tunggu... Editor - S W I M B
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

Serikat Wartawan Independent Manggarai Barat

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Filosofi Julu

15 April 2020   21:43 Diperbarui: 15 April 2020   22:13 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Eksekutor Julu (Om Gaspar Anas)--dokpri

Sahabat sekalian tulisan saya kali ini terinspirasi dari pengamatan saya beberapa hari terakir bahwa ada tindakan-tindakan yang menurut saya ada nilai positif dan nilai negatifx

sebelum saya menilai dari sisi negatif dan postifnya terlebih dahulu saya jelaskan apa itu arti kata JULU sebenarnya bagi orang Manggarai umumnya.

YuuuP SIMAK.....tulisan saya ini!!!

Julu Adalah sebutan untuk sebuah tradisi pembagian daging hewan sembelih (julu ela, julu japi, julu kaba dan sebagainya). Yang terapkali dilakukan oleh orang Manggarai umumnya dalam konteks acara-acara tertentu (hajatan).

Dengan mengetahui arti dari JULU saya bisa simpulkan bahwa Julu ini adalah salah satu tindakan kekerasan terhadap hewan.
Kalalu berbicara JULU (Sembeli Hewan) itu menurut saya sangat tragis sekali. Coba kita bayangkan kalau manusia di sembeli seperti hewan apakah kita tidak merasa kasihan atau sakit hati?? Sudah dibunuh lalu di potong-potong lagi. Sungguh naas sekali.

Kasihan banget ya jadi hewan....

Tapi kali ini Saya mencoba menilai dari sisi postifnya Makna dari julu tidaklah hanya sebatas pembagian daging semata namun lebih dari itu, dalam tradisi julu memiliki makna /nilai filosofi-filosofis social yang patut diterapkan. Misalnya saja nilai-nilai keadilan. Dalam pembagian julu terdapat beberapa istilah seperti sako dan ata se'ang atau dalam versi orang Lamba Leda (Ata Dawing).

Sako berarti porsi daging atau potongan bagian bagian daging yang disatukan dalam satu bagian kemudian dibagikan ke anggota julu. Oleh karena itu dalam setiap sako harus ada keterwakilan dari setiap anggota tubuh hewan yang mau disembeli tersebut. Sehingga pada perinsipnya julu harus memnuhi perinsip sama rata dan sama rasa "ALE RASA BETA RASA" dan disinilah letak keadilannya.

Untuk memnuhi prinsip tersebut biasanya dalam tradisi julu perlu dibutuhkan ahli dalam bidang eksekusi yang biiasa disebut eksekutor Julu (Ata Se'ang atau ata dawing). Eksekutor ini bertugas untuk memotong dan membagi potongan bagian-bagian daging dalam porsi (Sako) yang sudah ditentukan jumlahnya. 

Penetuan sang eksekutor biasanya ditentukan berdasarkan pengalamanya dalam se'ang nakeng atau dawing nuru dan yang paling penting dia memiliki prinsip untuk mewujudkan asas sama rata dan sama rasa yang dinyatakan dalam pembagian sako sehingga semua anggota julu pun merasa adanya keadilan dan benar-benar ditegakan tanpa harus merasa kecewa .

Setelah semua sako dibagikan ke anggota Julu maka bagian terakhir adalah merayakan kebersamaan yang distukan oleh Dojang (Versi orang Kolang) atau sering disebut orang Manggarai umumnya adalah Pelemara.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun