Mohon tunggu...
Rahmi Zakaria
Rahmi Zakaria Mohon Tunggu... Foto/Videografer - mahasiswa uin maliki malang
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

seorang santri yang ingin membangun negeri ini menjadi lebih maju dengan mengdepankan iman islam dan ihsan

Selanjutnya

Tutup

Bahasa

Nasionalisme dalam Konsep Islam

25 September 2019   04:35 Diperbarui: 25 September 2019   04:55 1266
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bahasa. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Jcstudio

Sudah menjadi fakta pada sejarah nasional, bahwa kemerdekaan yang direbut dari tangan para penjajah mayoritasnya direbut oleh para pejuang pejuang muslim, yang dipimpin oleh berbagai kalangan seperti, kiai, ustad, tokoh agama dan lain lain.

Semua yang mereka lakukan itu bukan semata mata memenuhi panggilan ibu pertiwi untuk merdeka namun panggilan suci yang berasal dari ketauhidan dan keimanan. Semangat nasionalisme para pejuang muslim inilah yang membuat kita dapat merasakan indahnya kemerdekaan sekarang ini.

Didalam "Q.S. An-Nisa ayat 59 allah berfirman 

"Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya." (Q.S. An-Nisa : 59)

Ahmad Musthafa al-Maraghi dalam Tafsirnya juz 3 Halaman 72. Menjelaskan ayat ini adalah perintah kepada orang  yang yang beriman agar mematuhi Allah serta mengamalkan Al-Qur'an, dan mematuhi sunnah Rasul, serta mematuhi ulil amri yang meliputi pemerintah, para hakim, para ulama, pangilma perang yang menjadi rujukan dalam memenuhi kebutuhan dan memecahkan masalah yang dihadapi. 

Jika kita lebih mendalami makna tesebut, maka ayat ini adalah landasan bagi orang yang beriman untuk hidup berbangsa dan bernegara. Namun jika kita hidup berbangsa dan bernegara harus sesuai syariat islam, bukan sesuai kehendak diri kita sendiri. Kita masyarakat yang mempunyai sifat nasionalisme mempunyai harga diri yang tinggi, kita bukan masyarakat yang seharga dengan sandal swallow. Dibayar 100 ribu langsung mau ini mau itu,pilih ini pilih itu, tapi setelah dibayar kita seperti di injak injak bagai sandal, jalan kesini jalan kesana demo ini demo itu dan bingung kenapa hidup  jadi begini  jadi begitu. 

Jika sudah terjadi seperti itu, akan banyak orang yang demo ketengah jalan dan menyebabkan permusuhan. Akan banyak dari kita yang awalnya saling kenal menjadi tak saling kenal, Dan banyak dari kita yang awalnya bersatu menjadi berseteru.  Kita sebagai warga nasionalisme, sudah seharusnya memahami arti ukhuwah secara umum dan itu merupakan pengamalan dari "hablum minan naas". Oleh karena itu marilah kita sebagai warga bangsa, mari kita bangkit dan berdiri karena kita sedang terjajah walau tak tersadari. 

Dari uraian diatas dapat kita ambil kesimpulan bahwa. Kita harus berpegang teguh dengan Al-Qur'an dan Sunah Nabi dalam membentuk warga yang nasionalisme yang berarti tak ada perpecahan,tidak ada yang namanya permusuhan namun saling mengisi kekurangan dan tolong menolong dalam memenuhi kebutuhan bangsa dan negara. Dengan demikian Insyallah bangsa kita akan makmur dengan rakyat yang berbudi luhur sehingga Rahmat Allah pun akan terkucur seperti air mancur. Aamiin yaa robbal 'Alamiin..." 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun