Mohon tunggu...
kajitow elkayeni
kajitow elkayeni Mohon Tunggu... penulis -

https://www.facebook.com/kajitow

Selanjutnya

Tutup

Politik

Soeharto, Penjahat Orde Baru

5 Juni 2016   02:10 Diperbarui: 31 Juli 2016   09:36 557
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Hari-hari terakhir ini, beberapa cecunguk Orde Baru mulai unjuk gigi. Nama Soeharto dipoles licin. Jargon Bapak Pembangunan kembali didengungkan. Orang-orang mulai lupa terhadap kejahatan yang diciptakan oleh Soeharto, oleh Orde Baru. Dan yang paling memilukan di Republik Amnesia ini, ia hendak diangkat sebagai pahlawan.

Ada catatan panjang tentang kejahatan Soeharto dan era pemerintahan yang sengaja dinamakannya Orde Baru. Ia sengaja memberi nama demikian untuk menghina Soekarno. Orde Baru dijadikan lawan bagi pemerintahan jaman Soekarno, ia memberinya nama Orde Lama. Dari nama itu ia seolah ingin menunjukkan bahwa jaman Soekarno itu korup, kuno, rusak, palsu, rendah.

Kita ingat bagaimana Soeharto naik ke puncak kekuasaan. Ia menggunakan surat palsu bernama Super Semar. Alat legitimasi untuk berkuasa itu justru dihilangkan saat Soeharto masih berkuasa. Apakah karangan cerita ini masuk akal? Tidak. Dari sana jelas diambil kesimpulan, Soeharto mengkhianati Soekarno dengan dasar mandat palsu. Menjadikan sang proklamator itu tahanan rumah dan hanya diurus oleh dokter hewan. Kudeta halus yang dilakukan Soeharto itu adalah kejahatan.

Soeharto memerintah dengan tangan besi. Tentara dijadikan alat untuk menekan rakyatnya sendiri. Masih ingat Golkar? Partai Soeharto itu selalu menang pemilu karena alat kekuasaannya mengancam para PNS dan aparaturnya. Alat kekuasaannya diwajibkan mencari suara, satu orang tiga. Alat kekuasaannya, menindas petani, menjadikan mereka budak swasembada pangan. Alat kekuasaannya membatasi dan menangkap orang-orang kritis.

Nyawa begitu murah. Orang-orang dibunuh seperti hewan tanpa pengadilan. Soeharto menyerbu Aceh, Papua, Timor-Timur. Dan sampai sekarang orang-orang di sana membenci orang Jawa. Karena yang mereka tahu, Soeharto adalah jawa, Indonesia adalah Jawa, pembangunan adalah Jawa, teror adalah Jawa, kebiadaban adalah Jawa. Meskipun banyak sekali orang Jawa yang miskin dan ditindas, tapi semua orang Jawa kena getahnya. Padahal bajingan itu bernama Soeharto, dan celakanya ia orang Jawa.

Kesalahan terbesar yang dilakukan mahasiswa angkatan 98 adalah berhenti pada tahap reformasi. Mestinya mereka menempuh jalan paling keras, revolusi.

Akan ada banyak korban jika jalan keras itu ditempuh, tapi bukankah saat itu juga telah jatuh banyak korban? Ketika Soeharto tidak diadili dan dipenjahatkan, antek-anteknya masih punya harapan untuk bangkit. Dan sekarang terbukti, saat orang mulai lupa, nama Soeharto hendak dibersihkan.

Orde Baru hanya tidur sesaat ketika gelombang rakyat membubarkannya. Antek-antek Orde Baru masih duduk di parlemen, organ pemerintahan, dan yang paling berbahaya, militer. Mereka kembali bangkit saat keadaan mulai tenang. Lalu memasang muka tak berdosa. Seolah-olah mereka bukan bagian dari orde biadab itu. Mestinya mereka itu dibersihkan, dicopot dari jabatannya, kalau perlu dipenjarakan.

Cengkeraman militeristik selekasnya harus dikurangi. Itu adalah cara-cara Orde Baru. Tugas militer untuk pertahanan bukan keamanan. Untuk mengatasi keamanan cukup dengan polisi. Kekuatan militer akan disalah-gunakan penguasa. Maka teror yang dilakukan Babinsa di desa-desa itu mestinya disudahi. Indonesia tidak dalam keadaan darurat perang.

Tapi para aktivis terlarut pada euforia semu reformasi. Sebagian dari mereka bahkan duduk manis berbagi kekuasaan dengan antek-antek Orde Baru. Orang-orang lupa terhadap dosa Soeharto. Lupa untuk menyeretnya ke penjara. Lupa untuk melucuti antek-anteknya yang masih berkuasa. Jika orang-orang menganggap PKI barang najis, mestinya Orde Baru adalah najis mugholadoh. Najis terberat karena telah melanggar hak kemanusiaan selama 30 tahun lebih!

Kita catat baik-baik nama-nama orang yang dulu ikut berkuasa dan kini kembali ingin berkuasa. Mereka terus ada dan menyusup pada pemerintahan selanjutnya, dengan pola dan doktrin yang sama. Pola dan doktrin Orde Baru. Manusia bermental korup yang gemar menggaungkan slogan, "Piye, isih penak jamanku to?"

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun