Mohon tunggu...
kajanto
kajanto Mohon Tunggu... Dosen - Dosen STIAMAK Barunawati Surabaya

Profesi sebagai dosen di Sekolah Tinggi Ilmu Administarsi dan Manajemen Kepelabuhan (STIAMAK) Barunawati Surabaya.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Koping Religius Menghadapi Pageblug Covid-19 di Indonesia

23 Februari 2021   19:57 Diperbarui: 23 Februari 2021   20:16 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang plural sejak zaman nenek moyang. Nilai-nilai religi mewarnai berbagai nilai-nilai kehidupan serta nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat Indonesia. Misalnya penghargaan lingkungan alam agar selalu dijaga dan dipelihara juga merupakan bagian dari nilai religi hubungan antara manusia dengan Tuhan dan alam semesta ciptaan-Nya. Pandemi COVID-19 adalah salah satu wabah yang dalam istilah Jawa dinamakan pagebluk. 

Pagebluk COVID-19 yang sedang dihadapi oleh masyarakat saat ini nyatanya sudah ada sejak zaman dahulu kala. Berbagai informasi mengenai adanya pagebluk yang pernah melanda tanah Jawa antara lain penyakit gudhig, influensa, Kolera, dan tuberkulosis. Dan upaya yang dilakukan masyarakat Jawa dalam menangani pagebluk tersebut ternyata selain diwarnai pendekatan sains medis, tradisi budaya, juga dengan melihat pada aspek kepercayaan yang bersifat kosmologis salah satunya yakni berkaitan dengan aspek religius. Hal itu mendorong manusia harus mengembalikan keseimbangan. Keselarasan antara diri pribadi, manusia dengan sesama dan lingkungannya serta manusia dengan Tuhan.

Kondisi lingkungan yang sedang dalam pageblug COVID-19 ini berdampak pada kesehatan mental masyarakat kita. Berbagai kerentanan yang muncul tersebut juga berpotensi untuk meningkatkan persepsi terhadap tekanan sehingga membuat kondisi stres dan cemas meningkat yang nantinya akan mempengaruhi imunitas tubuh. Beberapa fenomena  di masyarakat terkait pageblug COVID-19 ada yang mengatakan bahwa ini waktunya manusia kembali pada hakikat penciptaannya atau dalam istilah Jawa disebut Sangkan Paraning Dumadi. Yakni cara yang paling mudah adalah kembali ke agama. 

Namun demikian ternyata kalimat ini tidak cukup dilakukan hanya dengan lebih menangguhkan dan menyerahkan semuanya kepada Tuhan secara pasif (misalnya pasrah saja kalau waktunya sakit berarti ya itu semuanya kehendakNya dan pagebluk ini akan selesai sendiri tanpa perlu kita berpikir biarkan tangan Tuhan yang menyelesaikan). 

 Bahkan ada juga fenomena di masyarakat yang sebaliknya yakni percaya bahwa manusia telah diberi kemampuan oleh Tuhan untuk menyelesaikan pagebluk ini sehingga sangat aktif dalam melakukan sesuatu yang protektif dengan cara rasionalis untuk aman dari pageblug COVID-19 dengan sedikit kurang begitu memperhatikan kebutuhan akan pentingnya eksistensi peran Tuhan Yang Maha Esa karena saking cemas dan takutnya jatuh sakit.

Koping religius ternyata sejak pageblug di Indonesia (khususnya Jawa) dari zaman dulu hingga saat ini adalah faktor yang sangat penting untuk diperhatikan. 

Masyarakat zaman dulu melakukan mawas diri dari cara yang rasional hingga irrasional karena sangat ketakutannya. Masyarakat waktu itu selalu berbekal atau mencuci diri menggunakan minyak sereh atau minyak stroli sebutan warga dusun untuk minyak tanah dan ada juga menggunakan daun sirih untuk cuci tangan. 

Bahkan masyarakat juga ada di wilayah tertentu yang bergotong royong hampir tiap malam keliling dusun, takbiran, memohon pertolongan Tuhan. Semua yang masyarakat lakukan di zaman dulu itu sebenarnya adalah bagian dari strategi koping religius.

Agama dapat memberikan rasa optimisme dan harapan pada individu dalam menghadapi masalah hidup sehingga lebih memberi makna dalam hidup yang dijalani. Lantas strategi koping religius yang tepat bagaimana dalam menghadapi pagebluk COVID-19 saat ini di Indonesia?. Apakah tidak perlu shalat ke masjid saat hari Jumat atau hari biasanya demi keamanan? 

Ataukah tetap menjalankan ibadah berjamaah tanpa adanya kepatuhan akan protokol kesehatan karena semua sudah diserahkan pada Tuhan?. Ternyata penanaman akan strategi coping religius yang tepat juga perlu dilakukan seperti jenis koping religius collaborative perlu dilakukan dengan menjalin kerjasama dengan tokoh agama untuk membangun self concept (konsep diri) terkait dengan religiusitas dengan tujuan untuk meningkatkan self concept (konsep diri) masyarakat sehingga tidak mencederai diri sendiri dan orang lain terkait kasus wabah COVID-19.

Salah satu strategi koping religius yang tepat dalam persoalan pagebluk COVID-19 adalah melalui collaborative coping religious yang diharapkan dampak psikologis yang diakibatkan oleh penyebaran COVID-19 akan berkurang sehingga orang akan lebih bisa memahami dan menerima keadaan, berusaha semaksimal mungkin dengan cara mengikuti aturan dan larangan yang dikeluarkan oleh pihak berwenang dan sisanya baru menyerahkan diri pada Yang Maha Kuasa dengan cara berdoa, bersedekah dan menjalankan ibadah sesuai dengan perintah agama masing-masing. Misalnya tetap melakukan aktifitas shalat berjamaah dengan mematuhi protokol kesehatan (bersih dalam berwudlu, bermasker, menjaga jarak, dan sisanya baru menyerahkan diri pada Yang Maha Kuasa dengan cara berdoa).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun