Mohon tunggu...
Keza Felice
Keza Felice Mohon Tunggu... Freelancer - Bloger and Content Writer

Content Writer✓Ghost Writer✓SEO Content✓kezafelice.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(Cemburu) Apa Aku Harus Menjadi Bulan?

3 November 2018   10:31 Diperbarui: 3 November 2018   11:24 277
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan selalu nampak indah dengan bulatnya yang sempurna. Langit tak akan merasa kedinginan, karena bulan akan selalu menghangatkannya. Tidak ada lagi mendung yang akan menggulung sang biru saat bulan pancarkan cahaya indahnya. Itulah sebabnya banyak sekali manusia yang mengagumi bulan.

Sedangkan aku masih saja berada dalam ruangan lusuh ini. Ruangan yang tak lagi pantas kusebut sebagai kamar. Debu saling berebut tuk menyusup dalam lubang hidungku. Laba-laba berlomba tuk menghasilkan sarang terbaik di atap kamar serta sudut-sudut jendela. Dinding yang semula berwarna biru telah berubah menjadi kuning kecoklatan, antara debu dan warna biru yang sudah luntur termakan usia---dan aku sama sekali tak peduli.

Mengapa Tuhan harus ciptakan bulan hanya untuk dikagumi? Katanya Tuhan tahu semua isi hati manusia, tapi kenyataannya Tuhan tak pernah tahu apa yang sedang kupinta.

Kehadiran bulan selalu saja dinantikan. Aku pun ingin seperti bulan, yang selalu dinanti dan tak pernah merasa kesepian.

Namun kenyataannya jauh berbeda dengan apa yang selama ini kuharapkan. Aku tak pernah memiliki banyak teman, kecuali serangga-serangga yang tidur sekamar denganku. Hanya serangga inilah yang mau berteman denganku, bukan mereka! Bahkan bulan yang katanya selalu menghangatkan hati manusia pun tak pernah datang saat kumemanggilnya. Semua ini terasa tidak adil bagiku.

"Naira, maukah engkau menjadi bulan bagiku?"

Suara itu tiba-tiba muncul dalam ingatanku. Suara seorang anak laki-laki yang pernah menggenggam erat jemariku.

Saat itu aku hanya bisa mengangguk pelan. Dia menatapku dan membelai rambutku penuh kasih sayang. Aku terlarut dalam kasihnya yang menghangatkan jiwa. Malam itu, aku pun terlelap dalam pelukannya---sebelum menyakinkan hatiku untuk berusaha menjadi bulan baginya.  

Namun, kecewa yang kudapat setelahnya. Dia tak berada di sisiku saat mata ini terbuka. Aku tak tahu ke mana dia pergi, juga tak mengerti apa alasannya tuk meninggalkanku seorang diri setelah memintaku tuk menjadi bulan untuknya.

Sejak saat itu, aku hanya ingin menjadi bulan yang selalu dinantikan. Bulan yang selalu dipandang oleh semua orang di muka bumi ini. Jika saja dia ada di sisiku saat ini, pasti dia sudah menjadikanku bulan. Dan dia tak akan mungkin membiarkanku berada di dalam ruangan berdebu ini seorang diri.

Sejenak aku memejamkan mata, tuk ikhlaskan bulir bening ini menetes basahi pipi. Hatiku terasa sakit, mengapa semua kisah tentangnya harus muncul dalam ingatanku malam ini. Tuhan tak pernah adil padaku!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun