Mohon tunggu...
Keza Felice
Keza Felice Mohon Tunggu... Freelancer - Bloger and Content Writer

Content Writer✓Ghost Writer✓SEO Content✓kezafelice.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Berikan Bola Matamu!

25 Oktober 2018   18:43 Diperbarui: 25 Oktober 2018   19:01 388
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Boneka beruang itu terus mendekat. Jahitan pada bagian matanya mengeluarkan darah, meresap pada bagian pipinya dan membuat wajah boneka itu menjadi lembab. Gunting dan pisau yang berada dalam bayangan masa lalunya tiba-tiba berada dalam genggaman Nadin, entah dari mana asalnya.

Perlahan ia berjalan mundur, menghindari dua boneka beruang yang terus mendekatinya. Boneka itu seperti memendam kebencian pada Nadin. Tampak beberapa gigi pada mulut boneka itu. Hidungnya terkoyak, lengannya robek, dan jahitan pada kedua matanya terlepas perlahan.

Darah-darah kental terus keluar dari bekas jahitan itu. Membasahi rumput-rumput di taman. Sedangkan Nadin masih tak mengerti harus berbuat apa dalam keadaan seperti itu. Tangannya terasa sangat kaku, ia seperti sedang dikendalikan.

Boneka beruang di hadapannya terus mengucapkan kalimat yang sama. Kalimat yang membuat Nadin sangat ketakutan. Ia tidak ingin mencongkel bola matanya sendiri.

"Maafkan aku, kalian hanya sebuah boneka mainan," ucap Nadin lirih.

Ia berharap kedua boneka itu akan menghentikan langkahnya. Namun yang terjadi adalah sebaliknya. Boneka itu semakin marah dan telah berada lima centi dari hadapannya. Kini ia tinggal menunggu takdir Tuhan yang akan menyelamatkannya atau membuatnya berakhir tanpa kedua bola matanya.

"Berikan bola matamu!"

"Congkel bola matamu!"

Kedua boneka itu terus bergantian mengatakan kalimat itu. Membuat Nadin semakin tak berdaya. Embusan angin terasa menusuk kulitnya. Tubuhnya tak lagi dapat bergerak. Langkah kakinya terhenti, seperti tertahan oleh sesuatu. Tangannya masih menggenggam pisau dan juga gunting.

Brukgh,

Nadin tersungkur saat sebuah pukulan mendarat pada kepalanya. Pandangannya tiba-tiba menjadi sangat buram. Ia melihat boneka beruang besar di hadapannya itu sedang menggenggam kayu balok. Kayu yang sama seperti miliknya di masa lalu. Dan semuanya semakin terasa tidak masuk akal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun