Mohon tunggu...
Kahfi
Kahfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat wacana sosial, politik, agama, pendidikan, dan budaya

Manusia bebas yang terus belajar dalam kondisi apapun, Jangan biarkan budaya menjiplak ditengah ekonomi yang retak.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Pilihan

Pers dalam Perkembangan Zaman

21 September 2021   18:33 Diperbarui: 21 September 2021   18:38 342
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
www.goodnewsfromindonesia.id

Tirto merupakan pendiri dari beberapa media yaitu Soenda Berita, Medan Prijaji, Soeloeh Keadilan,dan Putri Hindia. 

Medan Prijaji adalah surat kabar pertama lantaran menggunakan Bahasa Indonesia dan seluruh pekerja mulai dari pengasuhnya, percetakan, penerbitan, dan wartawannya adalah pribumi Indonesia asli.

Ditangannya surat kabar menjadi alat propaganda dan pembentuk pendapat umum (opini), berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pemerintahan kolonial. 

Sebagaimana dituliskan Sudarjo Tjokrokisworo dalam bukunya Sekilas Perjuangan Surat Kabar (1958) menggambarkan Tirto sebagai orang pemberani.

"Dialah wartawan Indonesia yang pertama-tama menggunakan surat kabar sebagai pembentuk pendapat umum, dengan berani menulis kecaman-kecaman pedas terhadap pihak kekuasaan dan menentang paham-paham kolot. Kecaman hebat yang pernah dilontarkan terhadap tindakan-tindakan seorang kontrolir menyebabkan Tirto disingkirkan dari Jawa di buang kepulau Bacan," tulisTjokrokisworo.

Sementara, Ki HajarDewantaradalambukukenang-kenangannya (1952)mendeskripsikantentang T.A.S, "Kira-kira pada tahun berdirinya Boedi Oetomo ada seorang wartawan modern, yang menerik perhatian karena lancarnya dan tajamnya pena yang ia pegang, yaitu Almarhum. R.M Djokomono yang kemudian berganti Tirto Adhi Soerjo, bekas murid STOVIA yang waktu itu bekerja sebagai redaktur harian "Bintang Betawi" berganti "Berita Betawi". Lalu memimpin "Medan Prijaji" dan "Soeloeh Keadilan" ia boleh disebut pelopor dalam lapangan jurnalistik".

Semasa bekerja di Pemberita Betawi sebagai redaktur, selang setahun menjadi redaktur kepala, kemudian menjadi pemimpin redaksi. Tirto belajar dari jurnalis senior Karel Wijbrands, pemimpin redaksi Niews Van den Dag. 

Dari Wijbrands Tirto mendapat bimbingan tentang bagaimana mengelola sebuah penerbitan dan ditunjukkan jalan supaya kelak dapat memiliki penerbitan sendiri, Wijbrands pun menyarankan kepada Tirto untuk mempelajari hukum untuk mengetahui batas-batas kekuasaan pemerintah kolonial, beserta hak dan kewajibannya.

Lebih lanjut, dia jari tentang harga diri menurut standar eropa dan teknik menghantam kolonial, bukan pemerintah yang diserang tetapi aparatnya. 

Tirto juga mendalami tata pemerintahan supaya lebih jeli dalam menilai kekuasaan. Sementara untuk mengenal bangsa bumi putra yang mayoritas, diminta mendalami ajaran islam berikut hukum-hukumnya.

Baca juga: Aspirasi Dalam....

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun