Mohon tunggu...
Kahfi
Kahfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat wacana sosial, politik, agama, pendidikan, dan budaya

Manusia bebas yang terus belajar dalam kondisi apapun, Jangan biarkan budaya menjiplak ditengah ekonomi yang retak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Masyarakat Perlu Tahu Aplikasi Kesehatan?

8 September 2021   08:23 Diperbarui: 8 September 2021   08:29 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.suarasurabaya.net/kelanakota/2021/data-13-juta-pengguna-aplikasi-ehac-diduga-bocor-kemenkes-minta-pengguna-uninstall/

Sejak diterpa corona virus disease 2019 (Covid-19) Indonesia seakan mengalami percepatan dalam penggunaan teknologi baik, oleh masyarakat awam maupun oleh generasi old dituntut untuk lebih melek teknologi. Lantaran aktifitas sehari-hari banyak melalui dalam jaringan (daring) dibandingkan sebelum adanya pandemi aktifitas lebih banyak luar jaringan (luring). Termasuk istilah-istilah daring dan luring jadi lebih sering terdengar ditelinga masyarakat usai diberlakukannya status pandemi yang menimpa bangsa Indonesia.

Pemerintah membentuk satgas pencegahan dan penanganan covid-19 sebagai salah satu upaya dalam rangka memutus perkembangan covid-19 setelah mendeteksi terpaparnya seoarang wanita pada maret 2020 lalu. Sebelumnya, pada Januari 2020 Menkes saat itu dr. Terawan Agus sudah memulai menerapkan alat pendeteksi virus dibeberapa bandara internasional setelah ramai pemberitaan terkait wuhan yang melakukan lockdown bagi masyarakatnya setelah ditemukan adanya virus covid-19.

Lambatnya, penerapan aplikasi pendeteksi virus sehingga menyebabkan lambat pula pencegahan yang dilakukan oleh pemerintah, sehingga harus menimbulkan korban jiwa yang tak sedikit hingga saat ini. dikutip dari beranda covid19.go.id Positif : 4.140.634, Sembuh : 3.864.848, Meninggal : 137.156 diupdate tanggal 7/9/2021. Dari data tersebut masih ada 150 ribu lebih kurang warga yang terpapar covid-19. Namun, statistik ini bukan berarti kita bisa lengah dan melupakan prilaku hidup sehat dan longgar dalam penerapan 5 M.

Justru, ini masa-masa kritis yang perlu diwaspadai oleh masyarakat, manakala mengalami penurunan level PPKM dan memberikan kelonggaran dalam beraktifitas sehingga dapat kembali meningkatnya warga yang terpapar covid-19. Belum lagi selesai covid-19 WHO sudah merilis virus varian MU yang diprediksi tidak cukup dilawan hanya dengan vaksin. Oleh karenanya, masyarakat masih diminta tetap waspada oleh pemerintah.

Baca Juga : Saat Publik Jadi Wakil Tuhan

Tentunya, sebagai warga negara Indonesia hanya bisa berharap pemerintah segera menemukan solusi guna mencegah penyebaran virus covid-19 atau pun dapat segera mendeteksi melalui aplikasi kesehatan yang lebih canggih. Ditengah pesatnya perkembangan teknologi tentu sumber daya manusia yang dimiliki tidak lah kurang ataupun kalah dengan negara-negara lain yang mulai membuat alat pendeteksi virus sebagai upaya pencegahan sebelum warga kembali terpapar dan mengalami pandemi jilid II. Lantaran, vaksin yang sudah dijalani tak mampu menangkal virus varian MU untuk terjangkit dalam tubuh. 

Terlepas, dari teori konspirasi dan perang dagang yang sedang berlangsung warga negara Indonesia hanya mengharapkan pemerintah pusat dalam hal ini Presiden dan Wakil Presiden yang dibantu oleh para bawahannya (menteri) serta pejabat DPR di senayan dapat memberikan solusi bagi kegundahan masyarakat, bukan justru saling melempar intrik dan kritik guna membincangkan pilpres yang masih berlangsung tiga tahun mendatang.

Terlebih, saat ini aplikasi kesehatan menjadi salah satu persyaratan warga yang hendak melakukan perjalanan jauh baik menggunakan darat, laut, dan lebih utamanya udara. Dimana, sejak ditetapkan pandemi aplikasi kesehatan seperti Electronic Health Alert Card (e-HAC) sudah harus dimiliki bagi seseorang yang akan mengalami perjalanan udara dengan didalamnya terdapat bukti telah melakukan rapid swab antigen. Seperti halnya, sertifikat vaksin dan kartu vaksin yang saat ini menjadi prasyarat dalam melakukan kunjungan di mall ataupun tempat-tempat keramaian.

Baca Juga : Negeri Tanpa Nama Perundungan

Melihat kondisi demikian, tentu masih menimbulkan banyak pertanyaan ditengah masyarakat. Namun, yang perlu diketahui bersama upaya pemerintah dalam menekan dan mencari solusi untuk warganya sedang dan terus berlangsung. Pada akhirnya, semoga akhir 2021 status pandemi berakhir dan kembali menjalani aktifitas normal dalam kehidupan sehar-hari. 

Tentunya, pemerintah pun tetap harus menyediakan aplikasi kesehatan yang terkoneksi dengan NIK sehingga memudahkan dalam melakukan pendataan dan kontrol terhadap penduduk yang membutuhkan pengobatan secara cepat dan tepat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun