Mohon tunggu...
Kahfi
Kahfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat wacana sosial, politik, agama, pendidikan, dan budaya

Manusia bebas yang terus belajar dalam kondisi apapun, Jangan biarkan budaya menjiplak ditengah ekonomi yang retak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Anak Ketentuan Sang Pencipta

28 Agustus 2021   22:59 Diperbarui: 28 Agustus 2021   23:03 149
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
rejeki tak terhingga dikaruniakan 2 orang putra

Teknologi tak bisa dipungkiri mempengaruhi lingkungan sosial dan budaya yang dimiliki oleh suatu wilayah dan negara, terkadang terlambatnya mengikuti perkembangan teknologi menjadi penghambat dalam menerima informasi. Namun, teknologi yang terlalu cepat dapat pula membawa pengingkaran dari nilai-nilai yang tak bisa di tolak, seperti hal nya maut, rejeki, jodoh yang semuanya adalah sudah digariskan oleh sang pencipta Allah SWT.

Dalam sebuah pernikahan tentu rencana memiliki anak menjadi sebuah hal yang pasti sangat di harapkan oleh setiap orang tua, lantaran anak menjadi simbol keturunan atau pun dalam rangka meneruskan generasi berikutnya. 

Lantas bagaimana bila dalam sebuah pernikahan tidak ada keinginan memiliki anak/keturunan? Kiranya perlu dilakukan obrolan serius sebagai pasangan suami istri dan keluarga dari kedua belah pihak, sehingga tidak menimbulkan pertanyaan-pertanyaan dikemudian hari yang merugikan salah satu keluarga atas kesepakatan pasangan suami istri yang tidak ingin memiliki anak. 

Selanjutnya, akan dapat dimaklumi manakala disebabkan ada penyakit atau alasan lain yang bila memiliki keturunan justru dapat merusak hubungan rumah tangganya.

Anak, Jodoh, dan Kematian

Dalam banyak kesempatan baik agama atau saat menjalin hubungan sebagai makhluk sosial selalu membicarakan tentang jodoh, anak, kematian yang merupakan tak bisa ditolak atau di percepat. Sebab menolak atau mengingkarinya dapat membawa dampak yang buruk ditengah lingkungan sosial serta menimbulkan berbagai persepsi negatif atas keputusan yang diambil. Dalam sampel jodoh, banyak yang sudah menjalin hubungan lama, namun kenyataannya menikah dengan orang berbeda dan tidak lama dalam proses menjalani hubungan, pun tidak sedikit orang menikah dengan yang tidak disuka, namun ternyata menjadi jodohnya.  Belum lagi pasangan yang berbeda keyakinan, berbeda penghasilan, hingga perbedaan pangkat, dan rupa, semua bisa terjadi atas kehendak Allah SWT sebagai sang pencipta.

Begitu pula persoalan kematian, saat kita mencoba bunuh diri seberapa keras kita mencoba bunuh diri, bila belum waktunya maka pasti ada saja yang menyelamatkan nyawa walau hanya untuk sesaat, hingga hidup lebih lama. Pun persoalan anak yang dianggap sebagai rejeki, seberapa pun usaha kita menolak untuk memiliki anak bila sudah waktunya memiliki anak maka akan diberikan oleh Allah SWT. Begitupun kita ingin mempercepat punya anak, namun Allah SWT belum berkehendak untuk memberi anak justru bisa berdampak pada keselamatan atau hubungan terlarang diluar pernikahan.

Sehingga, dalam berencana dan berusaha sebagai manusia sangat dianjurkan dan sah saja. Namun, jangan sampai membuat perencanaan yang bermaksud melawan ketentuan-ketentuan yang sudah Allah SWT gariskan sehingga membuat putus asa dan mengambil keputusan melawan yang sudah ditetapkan oleh Allah SWT.

Karena dalam Q.S. Ali Imran: 54 ("Dan berencanalah kalian, Allah membuat rencana. Dan Allah sebaik-baik perencana.")

Belum lagi, kisah tentang Maryam, yang memiliki anak tanpa pernikahan sementara beliau merupakan wanita yang senantiasa taat beribadah kepada Allah SWT, dan menjauhi diri dari perbuatan zina. Maka di berikan ujian sebagai wanita yang akan memiliki anak tanpa pernah disentuh oleh lelaki sebagaimana kisahnya pun diabadikan dalam Al-Qur'an sebagaimana Allah SWT berfirman:

 "Demikianlah Allah menciptakan apa yang membuat-Nya. Jika Allah berkehendak menetapkan sesuatu, maka Allah hanya cukup berkata kepadanya "Jadilah", lalu jadilah dia," . (QS Ali Imran, 42-47).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun