Mohon tunggu...
Kahfi
Kahfi Mohon Tunggu... Wiraswasta - Penikmat wacana sosial, politik, agama, pendidikan, dan budaya

Manusia bebas yang terus belajar dalam kondisi apapun, Jangan biarkan budaya menjiplak ditengah ekonomi yang retak.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Sukacita di Tengah Pandemi

18 Agustus 2021   06:30 Diperbarui: 18 Agustus 2021   06:31 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Memasuki bulan Agustus tentu suasana suka cita kemerdekaan menjadi kebahagiaan tersendiri bagi masyarakat yang tengah dilanda pandemi. Rasanya sudah setahun lewat bangsa Indonesia menjalani kehidupan yang tak menentu, tak ubahnya dengan masa penjajahan yang serba sulit untuk memperjuangkan kemerdekaan. 

Namun, tidak kurang ikhtiar yang dilakukan untuk melawan corona agar Indonesia segera merdeka dari pandemi dan rakyatnya bisa kembali bersuka cita.

Mulai awal Januari 2020 hingga kini, pemerintah dan rakyat berupaya menerapkan peraturan dan kebijakan untuk bisa terlepas dari pandemi yang sudah merenggut jutaan nyawa rakyat Indonesia dan pemberitaan itu terus mengisi halaman media cetak, elektronik, hingga obrolan disudut-sudut kampung.

Ketika hendak menulis muncul sedikit keraguan, bukan karena pesimis tak ada yang membaca atau memperhatikan, melainkan masih sempatkah masyarakat Indonesia memiliki waktu luang untuk membaca, berdiskusi, dan mengaktualisasikan gagasan dalam bentuk karya?

Perlu diketahui, sebelum virus corona memenuhi isi perbincangan diberbagai tempat hal yang kerap kali muncul ialah tentang politik; "Siapa calon presiden pengganti Jokowi?, Bursa Kandidat Capres, Jokowi 3 Periode, dll. Sementara di bidang ekonomi mulai dari rupiah yang stagnan dalam kurs dolar sampai dengan harga panen hasil petani yang tak kunjung membaik. 

Belum lagi permasalahan toleransi beragama. Kemudian, tentang dunia pendidikan mulai dari kualitas sampai dengan infrastruktur, termasuk tenaga pendidik dan kurikulum yang kerap kali berubah.

Bertambah pelik ketika, semua bidang tersebut berujung pada penyelesaian hukum yang tak memuaskan masyarakat indonesia, mulai darik konflik partai sampai dengan kasus korupsi, mulai dari pembagian jatah jabatan sampai dengan penyimpangan kewenangan, semua memenuhi ruang publik.

Menariknya, terlepas corona adalah virus yang menjadi sumber penyakit mematikan, ternyata corona menjadi solusi Indonesia berbenah dan menata kembali semua leading sektor yang ada.

Penulis, berani mengatakan tagline "Revolusi Mental" yang pernah didengungkan oleh Presiden Jokowi pada periode pertama dikatakan berhasil bila masyarakat Indonesia dan pemerintah bisa bersatu mencari solusi bukan saling menyalahkan, terlebih ada yang mencari keuntungan atas hadirnya corona di negeri ini.

Kemerdekaan Dari Pandemi

Dalam pernyataannya, Presiden Jokowi dalam siaran pers yang di rilis 16 Juli 2021 melalui Sekretariat Presiden RI mengatakan, "agar menteri menjaga pola komunikasi dengan masyarakat bukan membuat frustasi terlebih urusan makan dan urusan perut, harus menimbulkan optimisme dan ketenangan ditengah angka kematian yang meningkat," ucapnya.

Selain itu, Presiden pun menghimbau agar para menteri jangan sampai tidak sensitive terhadap hal-hal terkait urusan-urusan yang dikhawatirkan oleh masyarakat.

Lalu, bagaimana sikap kita sebagai masyarakat? Itu adalah kembali dalam diri kita masing-masing, mau tidak berkontribusi dengan berkolaborasi bersama para pejabat yang sudah bekerja keras dalam menangani persoalan ini, tidak hanya, nyinyir. Bagi yang memiliki kelebihan harta, bisa berbagi dilingkungan sekitar atau membentuk posko covid dilingkungan rt,rw,kelurahan,dan berpusat di kecamatan.

Bagi yang belum bisa membantu secara materi, bisa dengan mentaati himbauan yang ada dengan berdiam diri di rumah bila tidak urgent melakukan aktifitas diluar. Kaluapun, mengharuskan keluar tetap mengikuti prokes yang sudah dianjurkan dan menjalankan 5M, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan, Membatasi Mobilitas, Memakai masker, dan Mencuci Tangan.

Bila, dulu para founding father saja mampu menurunkan ego untuk mewujudkan persatuan dan kesatuan dengan menghasilkan sumpah pemuda dan Pancasila. Mengapa tidak, kita hari ini pun menurunkan ego dengan melakukan hal-hal kecil yang kita bisa.

Belum bisa diprediksi kapan corona berakhir, namun rasa optimis untuk bisa segera terlepas dari pandemi ini harus tetap terjaga dengan ikhtiar yang telah dilakukan sampai corona benar-benar bisa dikendalikan dan ditangani secara baik, dengan berkurangnya angka pasien terjangkit dan angka kematian yang menurun.

Khususnya, menyambut HUT Kemerdekaan Republik Indonesia ke-76 pada 17 Agustus mendatang akan menjadi hadiah terindah bagi masyarakat Indonesia, bila kolaborasi antara pemimpin dan masyarakat terwujud dalam menekan dan menangani laju perkembangan Covid-19.

Pada akhirnya, corona bukan hanya masalah pemimpin tetapi corona adalah masalah kita semua. Untuk Indonesia menuju arah yang lebih baik dan mewujudkan Indonesia Tangguh, Indonesia Tumbuh sebagaimana tagline peringati 76 Tahun Kemerdekaan Indonesia. Jayalah Indonesia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun