Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Lebih Utama Mengaji atau Mengabdi?

15 Agustus 2021   23:51 Diperbarui: 15 Agustus 2021   23:51 1223
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto hanya pemanis/Dokpri

Sebuah pertanyaan yang secara tiba-tiba muncul dipikiran saya, entah mengapa hal itu bisa terselip begitu saja. Mungkin karena melihat realita yang ada bahwa banyak santri-santri yang saya dan kalian ketahui bahwa mereka meyakini dengan memilih mengabdi mondoknya akan menjadi barokah. Dan hal itu tidak perlu disalahkan karena sejatinya barokah memang tidak bisa kita tentukan dari mana asalnya.

Seperti halnya salah seorang alumni santri PP. Darussalam Banyuwangi yang diperintah oleh Mbah Yai untuk lebih mengedepankan mengabdi dari pada mengaji, tapi bukan berarti meninggalkan mengaji. Beliau lebih difokuskan pada hal pembangunan pondok pesantren. Sampai saat ini unsur barokah tersebut masih bisa kita lihat disaat beliau menjadi seorang kyai di tempat beliau tinggal, hal itu bukan berarti  mengabdi adalah hal yang lebih penting dari pada mengaji, kedua-duanya penting, beliau melakukan hal demikian karena ta'dzimnya beliau pada Kyai.

Mengabdi memang penting, tapi bukan berarti mengaji harus ditinggalkan. Karena kita semua tahu apa tujuan kita mondok dipesantren, yaitu mencari ilmu. Sudah ada waktunya sendiri bagi kita kapan mengabdi itu harus dijalankan. Mengabdi bukan berarti harus menjadi abdi dalem, mengabdi bukan berarti meninggkalkan asrama, karena mengabdi adalah kontribusi kita pada pesantren, jadi mengabdi bisa kita lakukan dimana saja, diasrama pun kita bisa melakukannya. Seperti halnya menjadi pengurus asrama yang berkewajiban untuk selalu mengarahkan setiap warga asrama dalam melaksanakan kegiatan dikamar maupun asrama.

Alangkah lebih baiknya jika mengabdi kita laksanakan setelah mengaji kita selesai, maksudnya sudah lulus diniyah. Karena mengabdi terdapat banyak cobaan dan godaan, jika kita belum bisa membentengi diri dengan sebaik mungkin maka tak perlu heran jika nantinya belajar kita akan tersendat dengan kesibukan yang ada. Terlebih dengan kebebasan ketika menjadi abdi dalem atau yang lebih kita kenal dengan sebutan "embel", kita harus bisa mengoptimalisasikan pengabdian kita bukannya mencari kesempatan untuk lebih merasa bebas dan lebih leluasa dalam hal kesenangan saja.

Melihat realita yang ada, entah siapa yang salah, santri yang masih dalam masa belajar tiba-tiba mendapatkan amanah untuk mengabdi kepada kyai, tetapi kita lihat dulu, mereka ini masih perlu banyak bimbingan dan banyak mengaji karena mereka masih dalam tahap pembelajaran di pesantren. Tapi mengapa pengurus memperbolehkan ? apa tidak ada yang lain lagi? Yang sudah lulus atau sudah dianggap pantas untuk ikut serta berkontribusi untuk pesantren ?

Sungguh sangat disayangkan masa-msa yang seharusnya diisi untuk belajar dan mengaji malah digunakan untuk bekerja untuk pesantren alias mengabdi, sehingga imbas yang dihasilkan dari itu, mereka menjadi jarang di pondok, tidak bisa fokus diniyah dan sekolah. Hal itu tak bisa dibiarkan begitu saja, pengurus harus lebih selektif dalam memilih dan mengajak salah seorang santri dalam hal pengabdian, tidak asal tunjuk begitu saja, kita harus sadar mereka juga butuh mengaji, mereka masih butuh bimbungan, serahkan saja hal pengabdian bagi mereka yang sudah dewasa dan memang sudah pantas melaksanakannya.

KH. Ali Asyiqin (Pengasuh PP. Darussalam Blokagung Banyuwangi) mengatakan "Barokah itu tidak akan didapat tanpa adanya ilmu, karena barokah adalah sifat, jadi dia (barokah) butuh mausuf yaitu ilmu" maka sebutan sebenarnya yang dinamakan dengan barokah adalah "ilmu yang barokah", memanglah kita tidak tahu apa yang akan kita gunakan kelak ketika terjun dimasyarakat, bisa saja kita lebih bermanfaat dimasyarakat dengan hal semacam pembangunan tersebut, tapi hal apakah yang lebih utama?

Tentu saja ilmu, karena segala hal yang tidak diilmuni (diberi ilmu) akan mustahil dapat terlaksanakan, pembangunan butuh ilmu, memasak butuh ilmu, semuannya harus diilmuni, maka jika seseorang yang berpendapat dengan hanya mengabdi dan tanpa mengaji akan mendapatkan barokah hal itu hanya 1 kemungkinan dari 1000 sama saja absurd. 

Maka mulai sekarang marilah kita tata niat kita lagi di pesantren untuk mengaji dan tidak perlu kita meninggalkan mengaji untuk alasan mengabdi, cukup kita merawat segala sesuatu yang ada di pondok dan ikut mengopeni (mengurus) pondok itu sudah cukup untuk disebut mengabdi. KH. Muh. Imam Khaudli mengatakan "Jika engkau mencari amanah tanggung jawab akan terasa berat, namun jika engkau diberi amanah niscaya Allah akan mempermudah"

Tunggulah hingga saatnya tiba, pasti ada waktunya sendiri kapan kita harus fokus mengabdi dan kapan kita harus mengaji. Dan sekarang adalah saatnya kita untuk fokus dalam mengaji, jadikan mengaji menjadi sebuah prioritas agar hidup berkualitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun