Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Mengarungi Samudera Kebijaksanaan

8 Agustus 2019   11:08 Diperbarui: 8 Agustus 2019   11:08 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Ketika banyak orang hendak menuju Ka'bah,  ada banyak jalan yang bisa mereka tempuh untuk menuju kesana, bisa melalui kota Roma, Persia atau melalui jalur laut di India. Tapi jangan lupa, meskipun ada banyak jalur yang dapat mereka lalui untuk menuju ke Ka'bah, tujuan adalah tetap satu, yaitu  Ka'bah.

Begitulah perumpamaan kita menurut Jalaludin Rumi di bukunya "Fihi Ma Fihi" dalam memandang jalan yang dilalui oleh orang lain, meskipun berbeda-beda, tapi kita tetap diharuskan selalu berprasangka baik pada orang lain. Karena semuanya hanya mempunyai satu tujuan yang sama, yaitu untuk menyembah Allah.

Tak ada yang tau, bahwa seorang pelacur dapat masuk syurga, dengan kuasanya, Allah telah melimpahkan rahmat kepada seluruh manusia, bahkan pada seorang pelacur sekalipun, hanya dengan lantaran pelacur itu memberi minum pada seekor anjing, ia dinash masuk syurga. Karena semua yang dilakukan manusia yang mereka anggap baik tak bisa menjamin mereka masuk syurga.

Jangan melihat sesuatu hanya pada awalnya saja, karena hasil akhirnya pun belum tentu itu akan sama, begitu juga sebaliknya. Bila melihat hanya dari akhir saja, berarti kita telah bertindak tanpa perhitungan, karena kita berani menghukumi sesuatu tanpa mengetahui seluk beluk dan prosesnya, maka jalan terbaik adalah dengan mengetahui semuanya. Dan semuanya hanya Allah-lah yang tau.

Siapa yang dapat mengira seorang ulama' yang begitu disegani banyak orang, dengan berbagai karyanya yang dapat dipetik manfaatnya bagi banyak orang bisa masuk syurga dengan semua itu ? memanglah dalam kasat mata, jihad fi sabilillah nya beliau akan dapat mengantarkan beliau menuju indahnya syurga. Tapi perkiraan seperti itu salah.

Karena besarnya rasa kepeduliannya beliaulah yang bisa mengantarkan beliau mencapai syurga-Nya. Saat melihat seekor lalat yang terlihat sedang sekarat, beliau memberinya setetes tintanya supaya lalat itu dapat meminumnya. Sungguh setiap makhluk yang diciptakan Allah didunia ini tengah berdzikir kepada-Nya, dan barang siapa yang menolongnya, tentu Allah akan memberikan rahmat kepadanya."Dan tidak ada sesuatu pun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya" (QS. Al-isra' : 44).

Terkadang kita pernah menyukai sesuatu teramat berlebihan sehingga kita rela mengorbankan apa saja yang berharga dalam hidup kita. Namun, juga tak jarang bahwa, kenyataan tak sesuai ekspektasi. Sehingga bisa membuat kita terudung dalam kegalauan yang amat sangat.

Begitu juga sebaliknya, ketika kita begitu membenci sesuatu, ternyata ia amat baik bagi kita, seperti halnya jodoh. Jangan kira jodoh akan sesuai dengan keinginan kita, jodoh ada ditangan Tuhan. Kita hanya mampu berikhtiar, bolehlah kita membenci seseorang, tapi yang namanya jodoh adalah takdir, bisa saja seseorang yang begitu dibenci ternyata ia adalah jodoh kita. Karena dalam firman-Nya Allah telah menasihati hamba-Nya :"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu" (QS. Al-Baqarah : 216)

Manusia hanyalah mahluk yang hanya dapat menilai sesuatu dengan akal mereka, sehingga mereka hanya bisa mengetahui sesuatu hanya yang besifat rasional saja. Karena Kita hanya bisa menghukumi yang tampak, dan hanya Allah yang menguasai yang batin.

Allah-lah yang telah meciptakan segala sesuatu apa yang ada dilangit dan dibumi, sehingga hanya Dia-lah yang pantas dicintai melebihi segalanya. Maulana Rumi mengungkapkan "Puncak kecintaanmu pada sesuatu selain diri-Nya, mencari sesuatu selain-Nya, akan tetap berakhir pada Allah. Jadi cintailah Allah demi Dia semata."

Maka cintailah apapun selain Allah hanya demi Allah semata, karena cintamu pada makhluk Allah tidak bersifat kekal, sedangkan puncak kekekalan hanya kepada Allah SWT, maka sekali lagi, cintailah segalanya hanya karena Allah, tidak untuk yang lainnya "Dan bahwasanya kepada Tuhanmu lah kesudahan (segala sesuatu)" (QS. An-Najm : 42)

*cuplikan dari kitab "Fihi Ma Fihi" oleh Jalaludin Rumi

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun