Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pandangan Netizen pada Santri di Era Modern

17 Februari 2019   14:07 Diperbarui: 17 Februari 2019   14:31 273
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

" Maklumlah santri..." ketika telinga saya mendengar perkataan seperti itu mendadak saya berfikir dan rasanya ingin memprotes . Memanglah seperti itu mayoritas para netizen menganggap bahwa santri itu sama yakni remeh. Tentunya ada banyak faktor penyebab mengapa para netizen mengagagap semua santri seperti itu. Yang paling parah dan memalukan itu ketika nama santri itu tercontreng hanya karena ulah salah satu satri saja. Padahal kan santri berbeda-beda to.

Namanya juga manusia, pastinya punya salah. Juga tentunya setiap orang yang mondok belum tentu dinamai santri maksudnya dia memang sudah tidak niat sejak awal masuk pesantren. Ups. Tak perlu lagi lah rasanya saya disini harus meneruskan membahas ini.

Namun anggapan yang lebih (maaf) menghina. Itu ketika mereka menganggap santri hanya sebatas seperti kucing yang kelaparan yang bersedia memakan makanan yang ada baik itu basi atau sudah busuk. "Alah santri ae.." secara otomatis anggapan seperti sama saja menganggap santri itu omnivora. Kadang mereka menjual sesuatu yang sudah basi, bahkan hingga daur tsalis lebih parahnya lagi sampai Ebtadin. (tanya para santri kalok gak tau).

Hal ini memang sering terjadi di pesantren. Bahkan mereka menganggap lumrah. Santri juga manusia, bahkan ada yang dari anak bangsawan, anak kyai, dan anak-anak dari petinggi-petinggi lainnya. Tapi apa? Makannya makanan daur dan ebtadin. Bukan hanya tirakat ini namanya, namun juga macak melarat ini. Namun tak apalah kalau tidak sampai mengakibatkan sesuatu yang tak diinginkan. Kalau saja terjadi bisa terjadi demonstrasi nantinya.

Sebenarnya hal itu sudah sangat kontroversial di pondok. Tapi bagaimana lagi, pilihannya hanya dua antara mangan pora. Sehingga dengan memejamkan mata mulut tetap terpaksa membuka untuk dimasuki sesuatu yang dinamakan makanan daur dan ebtadin.

Seharusnya kita sebagai santri bisa mengubah  mindset dan persepsi netizen menjadi seperti " Tenang ajha, ada santri.." kalau sudah seperti itu pastilah yang namanya santri akan selalu dihargai di mata masyarakat walaupun toh santri hanya memakai sarung dan bersongkok dengan segala kesederhanaannya.

Meski terlihat norak bagi sebagian kalangan atas. dengan kelebihan yang dapat dibuktikan haruslah bisa meminimalisir kenorakan tersebut. Sehingga kalau bisa santri dapat antusiasme dari para netizen. Dan menjadikan para netizen lebih mengenal secara mendalam akan kesantrian yang seseungguhnya.

Namun dibalik tabir itu semua, seorang santri harus mensyukuri dengan statusnya sebagai santri. Karena seiring dengan berjalannya waktu era globalisasi dan iptek akan semakin canggih dan modern. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa semua  pekerjaan yang biasa dilakukan manusia secara otomatis akan berjalan sendiri hanya dngan bantuan komputer atau bisa disebut robot.

Maka jangan kaget bila beberapa tahun kedepan ketika kita hendak naik angkutan umum tidak ada sopirnya. Karena semua akan serba otomatis. Dan lagi-lagi karena dilakukan robot. Tentunya manusia akan lebih menganggurkan tangannya. Dan akan cenderung posisinya tergantikan oleh yang dinamakan robot ini.

Maka dari itu robot tak akan bisa meniru apa yang ada dipesantren, ngaji, pidato dan ritual-ritual lainnya. Nah dari itu kita bisa memahami sebagai santri dan bukankah robot tidak akan bisa menirunya. Itu adalah sebuah keistimewaan bagi santri untuk dapat meningkatkan kualitasnya sebagai santri. sekaligus bisa menjadikan sebagai ajang pembuktian kepada masyarakat bahwa seorang santri adalah generasi penerus masa depan dan pencetus calon-calon pemimpin masa yang  akan datang dengan kemampuan yang jauh lebih unggul bila dibanding dengan robot.

Bisa jadi dimasa yang akan datang seorang santri akan menjadi langka dalam artian istimewa. Karena dimasa modern saja, masyarakat sudah acuh dengan yang namanya pesantren. Mereka lebih memilih menyekolahkan anaknya di sekolah-sekolah terkenal dari pada di pesantren. Tanpa mengetahui kontrapestasinya pada anak.
Mungkin dalam bidang ilmu umum ia akan mumpuni, tapi apa jadinya ilmu dunia tidak diimbangi dengan ilmu agama? Di era ini, ilmu agama seakan sudah tak begitu penting lagi. Sehingga tak heran diluar sana banyak orang menganut agama yang ajarannya agak menyeleweng dengan ajaran agama islam yang pada hakikatnya. Tentu penyebab utamanya karena kekurang pengetahuan yang mendalam dan tipisnya keimanan pada agama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun