Mohon tunggu...
Ahmad Kafin azka
Ahmad Kafin azka Mohon Tunggu... Human Resources - Mahasiswa dan Santri

mahasiswa dan santri

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Filosofi dari Sebuah Pensil

17 Februari 2019   12:03 Diperbarui: 17 Februari 2019   12:25 43
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Sebuah perusahaan pensil sebelum ia memasarkan pensil ia menasehati kepada produknya tersebut untuk senantiasa mentaatinya. Yang mana nasehat tersebut juga bisa kita pelajari.

Memang pencipta pensil ini sangat memperhatikan pensil tersebut, maka untuk meyakinkannya ia memberi nasihat pada pensil tersebut untuk bisa sukses didunia luar nantinya.Kali ini penulis akan menuturkan tentang filosofi dari sebuah pensil yang mana nantinya akan menberikan pencerahan kepada kita supaya menjadi teladan pada kita. Semoga kita bisa memetik pelajaran dari filosofi pensil ini. Berikut ini adalah 7 nasihat dari sebuah pensil pada kita:

Pertama, bergantung pada yang menggunakan. Bila pensil digunakan oleh anak kecil tentu akan hanya digunakan untuk coret-coret saja, namun bila sebuah pensil digunakan oleh seniman pasti ia akan menghasilkan karya yang tak ternilai harganya. Begitu juga dengan kita, bila kita mencontoh orang-orang yang baik, sukses dan patut untuk diteladani, insyaallah kita akan mendapatkan jalan mudah untuk meraih apa yang kita impikan dan menjadi seorang yang sukses juga.

Kedua, tergantung pada kemampuan yang menggunakan. Setelah dipegang pada orang yang benar, untuk dapat sukses pensil tersebut dituntun dan harus menyerahkan diri sepenuhnya (tidak memberontak). Sama halnya pada kita, bila kita telah dituntun oleh orang yang baik, seperti kyai, guru, ibu kita sudah seharusnya kita menuruti perintah mereka, dan tak perlu untuk memberontak. Karena nasihat dan perintah seorang guru, kyai dan ibu kita tentulah demi kebaikan kita.

Ketiga, melewati proses yang sakit. Untuk menjadi pensil yang runcing dan mudah digunakan pensil tersebut harus melewati proses yang menyakitkan yakni harus diruncingkan terlebih dahulu baik itu dengan silet ataupun alat lainnya. Hal ini bisa kita implementasikan seperti kita pada saat mencari ilmu, untuk menikmati akan ilmu, kita harus merasakan pahitnya dahulu. Jangan harap sukses sebelum merasakan pahitnya mencari ilmu, maka sudah jelas berarti kita bisa menjadi orang selalu bersabar menghadapi berbagai cobaan dikala menunut ilmu. Karena proses tidak akan menghianati hasil.

Keempat, dilengkapi dengan penghapus. Memang tak semua pensil dilengkapi penghapus, namun semua pensil membutuhkan penghapus. Yang mana bila pensil tersebut melakukan kesalahan maka penghapus akan mengahapuskannya supaya pensil dapat memperbaiki kesalahannya.

Begitu juga kita, bila kita melakukan kesalahan segeralah perbaiki kesalahan tersebut dengan melakukan kebaikan. Tak perlu kita pesimis, karena semua orang pasti pernah melakukan kesalahan, tapi tak semua orang mau untuk memperbaiki kesalahannya tersebut, maka dari itu, sebagai orang bijak haruslah kita selalu melakukan kebaikan demi menghapus kesalahan-kesalahan yang telah lalu.

Kelima, sesuatu yang paling berharga dari pensil adalah bagian dalamnya, bukan luarnya. Semakin baik kualitas bagian dalam pensil maka akan banyak orang yang mencarinya. Hal ini memberi nasihat kepada kita bahwa agar kita senantiasa tidak menyobongkan diri dan juga agar selalu menambahkan kualitas diri dengan selalu belajar dengan giat supaya menjadi orang yang sukses dan dapat dicontoh oleh semua orang.

Tak perlu kita harus menunjukan kemampuan kita pada banyak orang, tentu bila hal itu dilakukan, pasti akan banya orang mencemooh kita, oleh sebab itu. Kita harus menjadi orang yang rendah diri, namun jangan lupa untuk selalu belajar guna menjadi orang berilmu dan berkualitas.

Keenam, tinggalkan jejak. Semakin baik pensil menuliskan coretan, maka ia akan dikenang. Sama seperti kita, bila kita selalu mengukir sesuatu yang baik ,walaupun kita telah meninggal dunia pasti akan banyak orang yang senantiasa mengenang kita. Sangat banyak contoh dalam hal ini, seperti penulis yang mana karyanya bisa bermanfaat bagi semua orang, tentulah orang tidak akan melupakan penulisnya.

Ketujuh, patah bukan akhir dari segalanya. Ujung pensil yang patah bukan berarti pensil tersebut telah berakhir, namun itu masih bisa diruncingkan lagi. Hal ini memberi nasihat kepada kita bahwa gagal bukan berarti akhir dari segalanya, masih banyak kesempatan menunggu kita. Jangan sampai cita-cita menjadi terhenti hanya karena tensendat oleh kegagalan satu kali.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun