Mohon tunggu...
Ahmad Kafil Mawaidz
Ahmad Kafil Mawaidz Mohon Tunggu... Administrasi - Karyawan swasta

Ajarkanlah sastra pada anak-anakmu, agar anak pengecut jadi pemberani - Umar bin Khattab

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Pemimpin keindonesiaan

20 April 2019   02:30 Diperbarui: 20 April 2019   02:37 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pasca pemilu suasana di negeri ini relatif lebih tenang dan damai. Setelah berbulan-bulan sebelumnya disibukkan dengan kampanye para calon-calon pengisi kursi pemerintahan masa depan indonesia. 

Semarak pemilu selalu menyita perhatian masyarakat kita. mulai dari penentuan calon dewan yang akan dipilih untuk mewakili rakyat didaerahnya, mahar politik kita yang semakin menjadi mahal, belum lagi efek perbedaan pilihan yang bisa saja menimbulkan perpecahan-perpecahan di masyarakat kalangan bawah.

Menurut Rohaniawan Romo Franz Magnis Suseno, beliau mengatakan bahwa pemilu itu bukan untuk mencari yang terbaik, tetapi untuk mencegah yang buruk berkuasa. Dimana suara rakyat yang dihasilkan lewat pemilu akan menentukan tokoh-tokoh yang menduduki kursi anggota dewan. 

Jika hal itu diserahkan kepada orang yang tidak tepat, maka imbasnya rakyat sendiri yang nantinya akan sengsara. Makanya, suara rakyat sangat diperlukan untuk kemajuan suatu bangsa.

Sejalan dengan itu salah satu penulis buku Tuhan Maha Asyik Dr. M. Nur Samad Kamba berkicau di salah satu media sosialnya bahwa pemilu adalah mekanisme yang tersedia bagi rakyat untuk menilai dan menghakimi politisi yang mengingkari janji-janinya.

Pemilu menerima seluruh aspirasi rakyat tanpa adanya penolakan. Hal ini sesuai prinsip dasar demokrasi, dimana kekuasaan berada di tangan rakyat. Meskipun natinya yang terpilih bukan pilihan yang kita, namun merekalah yang lebih banyak diharapkan masyakat untuk menduduki amanat anggota dewan. Sebagai bangsa indonesia yang berakhlak kita seharusnya berkhusnudzan bahwa beliau akan membawa indonesia lebih maju kedepannya.

Berbeda denga tahun-tahun sebelumnya, Pemilu tahun 2019 kali ini selain memilih anggota legislatif, juga memilih presiden sebagai pucuk pemerintahan eksekutif. 

Pilpres kali mendapat perhatian yang cukup serius dari pemerintah, dimana banyaknya kabar hoaks, black campaign serta fitnah menjalar kemana-mana. 

Memanfaatkan media sosial yang begitu cepat penyebarannya, para pendukung calon selain mengunggulkan pasangan yang diusungnya, juga menjelek-jelekkan pasangan lawan. 

Hal ini sungguh mengkhawatirkan dan merugikan sebagai sesama generasi bangsa. Karena akan mengakibatkan perang horisontal sesama putra-putri bangsa yang bisa menghambat kemajuan negeri kita tercinta ini. jangan sampai gara-gara beda pilihan, kita tidak bisa meng-Indonesia. 

Karena kesadaran yang perlu kita bangun pasca pemilu adalah kesadaran bangsa Indonesia. Kesadaran bangsa indonesia yaitu menerima hasil keputusan pemilu yang jujur dengan damai dan tetap terus mendukung dan juga mengawasi pemerintahan yang terpilih, agar nantinya tidak terjadi penyelewengan kekuasaan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun