Mohon tunggu...
Muhamad Ridwan Kafara
Muhamad Ridwan Kafara Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Pascasarjana Universitas Indonesia

Amor Fati

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Positivisme Logis

19 September 2021   16:00 Diperbarui: 19 September 2021   16:05 701
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Istilah positivisme digunakan pertama kali oleh henry simon dan Auguste comte, auguste comte merupakan seorang filsuf yang berasal dari prancis dan  auguste comte juga merupakan penggagas dari aliran positivisme. Istilah positivisme digunakan pada karyanya yang berjudul "cours de philosophic positive".Dalam pandangan auguste comte terdapat 3 (tiga) perkembangan masyarakat yakni tahap:

1.Tahap teologis pada tahap ini manusia mempercayai bahwa ada sebuah kekuatan supranatural yang muncul dari sebuah kekuatan zat, jimat atau sebuah kekuatan yang berasal dari luar diri manusia  dan muncul dari tokoh -  tokoh agama yang dihormati oleh manusia,

2.Tahap metafisik tahap ini merupakan tahap transisi dari tahap teologis ke tahap metafisika, tahap ini dilihat dengan adanya suatu kepercayaan manusia akan adanya hukum -- hukum alam secara abstrak dengan sebuah pemikiran yang bersifat abstrak, filosofis dan universal,

3. Tahap positif -- ilmiah merupakan tahap akhir dalam arti masa dewasa manusia intelegensi manusia. Ciri -- ciri positivisme yakni bebas nila dalam arti dikotomi terhadap fak dan nilai, fenomenalisme, nominalisme yang berfokus pada individu partikular dan universal ian hanya penamaan bukan kenyataan, naturalism, reduksionisme dan mekanisme.  

Positivisme logis pertama kali muncul di lingkaran Vienna yang dimana para tokohnya antara lain Moritz schlick, R Carnap, Frank V Kraft, Herbert Feigl, Frank Waismann, positivisme logis ini muncul pada zaman perang dunia ke 1 (satu) yang menyebabkan banyak kerugian di eropa dan muncul gagasan untuk restorasi pembangunan eropa kembali harus berkiblat pada ilmu pengetahuan bukan pada filsafat dan agama. Salah satu gerakan ini adalah ingin memperbaharui positivisme klasik ciptaan Comte, sekaligus memperbaiki kekurangan-kekurangan. Secara umum, para penganut paham positivisme memiliki minat kuat terhadap sains dan mempunyai sikap skeptis terhadap ilmu agama dan hal-hal yang berbau metafisika. 

Prinsip dan konteks dasar positivism logis menekankan pada filsafat yang bersifat sekunder dan tidak bersifat otonom, filsafat dalam arti yakni filsafat adalah aktivitas bukan teori, filsafat pelayan ilmu pengetahuan bukan pelayan teologi, filsafat sebagai disiplin kritis ilmu alam, ilmu sosial. Tugas filsafat dalam positivisme logis adalah studi metode ilmiah dan penjernihan konsep -- konsep ilmiah, Tema sentral positivisme logis adalah: 1. Anti Metafisika, 2. Hubungan yang erat dengan ilmu-ilmu alam, 3. Logika, fokus dari berbagai ilmu yang terpisah) tetapi untuk science, dan struktur logisnya, secara keseluruhan. Logika- kajian tentang bentuk pernyataan ilmiah dan pengalaman yang mereka gambarkan---muncul sebagai sepertiga tema positivisme logis. Dan dalam konteks ini bahwa kriteria verifikasi positivisme logis adalah terbaik dihargai.  kriterianya bisa dilirik sebagai klaim bahwa '' bagi kita, ada sesuatu' 'nyata' melalui dimasukkan ke dalam struktur total masa depan pengalaman dan penekanan pada aslinya. Klaim atau entitas yang tidak dapat dimasukkan ke dalam '' struktur total pengalaman  karena itu tidak nyata, dalam arti yang paling kuat, dan dengan demikian bahkan tidak dapat digambarkan. Upaya untuk mengungkapkan klaim seperti itu atau menggambarkan entitas seperti itu adalah yang terbaik bingung dan paling buruk tidak jujur

Daftar Referensi 

Sahotra Sarkar dan Jessica Pfeifer (ed.). 2006. The Philosophy of Science: An    Encyclopedia (New York: Routledge)

Armatura, Yockie. (2015, Juni 26). Positivisme logis: sebuah kajian singkat, Bandung, A4

Muhadjir, Noeng. (2001).Filsafta Ilmu., Yogyakarta: Rakesarasin, 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun