Mohon tunggu...
Kafabihi Chamzawi
Kafabihi Chamzawi Mohon Tunggu... Freelancer - Adil Sejak dalam pikiran

seorang terpelajar harus sudah berbuat adil sejak dalam pikiran apalagi dalam perbuatan” ― Pramoedya Ananta Toer, This Earth of Mankind

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Sebuah Refleksi: Di Balik Sosok Manusia Merdeka 100%

4 Agustus 2022   00:22 Diperbarui: 4 Agustus 2022   00:37 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dia tidak mau jadi ketua. Mungkin dia harap jadi Presiden RI dan selalu tidak senang dengan politik diplomasi," kata Sejarawan Harry A.

Bagaimana tidak ? Dia dikatakan sepenuhnya merdeka ?. Dia menolak tawaran menjadi Ketua Partai Murba. "Dia tidak mau jadi ketua. Mungkin dia harap jadi Presiden RI dan selalu tidak senang dengan politik diplomasi," kata sejarawan Harry A.

Tan memilih untuk menjadi sosok yang merdeka setelah tau dirinya akan dianggap sebagai perlawanan bagi pemerintahan Soekarno-Hatta. Padahal beliau adalah pencetus konsep Negara Indonesia, berdasarkan artikel-artikelnya. konsep merdeka yang harus tertanam sebagai falsafah yakni, "bangsa yang merdeka adalah bangsa yang sanggup mandiri secara mental, budaya, politik, pertahanan, dan ekonomi; tidak bergantung pada dan dikuasai oleh bangsa lain" dalam risalahnya, Merdeka 100% (1946).

Tan pun sempat menulis untuk terakhirnya kalinya, ketika turun bergerilya melihat kondisi di Jawa Timur. Ia menuangkan gagasannya akan cita-cita negara sosialis dalam gerpolek (Gerilya, Politik, Ekonomi). Gerpolek menjadi alarm propoganda yang nyata bagi pemerintahan Soekarno-Hatta kala pusat pemerintahan masih di Jogjakarta. Sebagai contoh kesuksesan propagandanya, sebanyak 17-19 batalion bergabung dalam Gabungan Pembela Proklamasi (GPP) untuk menghadapi serangan Belanda bilamana sewaktu-waktu menyerang.

tan-malaka-sosok-manusia-merdeka-62eab23208a8b5062500b148.jpg
tan-malaka-sosok-manusia-merdeka-62eab23208a8b5062500b148.jpg

Keberhasilannya, berujung buruk pada 21 Februari 1949 Tan dieksekusi. Karena dianggap sebagai sebagai ancaman oleh pemerintah. Padahal GPP dibentuk setelah Agresi Militer Belanda 2 di Yogyakarta pada 19 Desember 1948. Akan tetapi ada alasan lain mengapa tokoh revolusioner pengembara itu dibungkam dan difitnah. Tan Malaka merupakan satu-satunya pemimpin besar yang berkomitmen totalitas terhadap perjuangan dan memiliki kemampuan intelektual yang menjadi alternatif subjektifitas yang dapat diterima.

Namun,  baik sipil maupun militer, telah memunggungi alternatif ini. Mereka merasa perlu untuk menuliskan suatu akhir tentang perjuangan itu. Tujuan ini paling mudah tercapai dengan menghancurkan nama baik dan kredibilitas Tan Malaka, dengan mengeksekusinya.

Hingga akhir hayatnya, perintah eksekusi yang hanya dilayangkan oleh seorang tentara berpangkat Letnan dua. Harus tunduk dihadapan Suradi Tekebek, orang yang diberi tugas oleh Sukotjo (Letnan dua). Kematiannya tanpa dibikin laporan serta dirahasiakan bertahun tahun" ucap Poeze. Dia dimakamkan di tengah hutan dekat markas Soekotjo.

Konsep Manusia merdeka yang dipertunjukkan oleh Tan Malaka, ialah bergerak dengan cita-citanya tanpa harus menjadi apa-apa. Tak mengenal batas, menciptakan rasa aman pasca agresi belanda terjadi. Tidak semua orang bisa sepertimu, namun banyak yang merindukanmu. Termasuk aku, yang masih terbelenggu zona nyaman.

Kafabihi, 3 August 22

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun