Menyebut nama tepo apalagi kuliner turunannya, sepertinya masih belum banyak masyarakat nusantara yang mengenalnya dengan baik. Wajar sih, karena sejauh saya keliling nusantara, juga belum sekalipun menemukan kuliner local pride-nya masyarakat Magetan dan seputaran ex-karesidenan Madiun ini di jual orang.
Kesulitan tepo, sejenis lontong dengan aroma khs berbungkus daun pisang dengan bentuk limasan yang unik khas dari Magetan, berikut kuliner turunannya seperti tepo tahu atau tepo kecap, tepo jangan alias tepo sayur dan tepo pecel untuk go nasional  apalagi go internasional, kemungkinan besar karena untuk mengolahnya diperlukan effort lumayan besar, karena agak ribet dan perlu waktu lama. Nah, model-model memasak yang merepotkan seperti ini, biasanya nggak cocok dengan anak-anak jaman sekarang!
Baca Juga Yuk ! Ketika Tahu Campur Buatan Ibu Tak Pernah Gagal Memanggilku Pulang
Selain itu, karena secara visual penampakannya juga mirip lontong (meskipun secara rasa dan tekstur sedikit berbeda), kalaupun di bawa keluar daerah kemungkinan juga akan didentifikasi sebagai lontong yang cara mengolahnya relatif lebih simpel. Itulah sebabnya, belum ada yang berusaha untuk membawanya ekspansi ke luar daerah, hingga menjadikannya eksklsif. Kalau kepingin ya harus pulang ke MAGETAN!
Berangkat dari fakta inilah, banyak keluarga di Kabupaten Magetan dan ex-Karesidenan Madiun yang mejadikan kuliner legend yang satu ini sebagai menu lebaran, penawar kerinduan kepada "selera asal" para perantau asal Magetan yang pulang berlebaran ke kampung halaman di kaki Gunung Lawu.Â
Secara faktual, kuliner berbahan beras yang dibungkus daun pisang dan direbus lama hingga mempunyai bentuk jadi dan aroma yang khas ini, memang identik dengan lontong, hanya saja bentuk bungkusan daunnya yang mirip bangun trapesium atau piramida dengan puncak yang tidak tepat di tengah, menjadikannya jauh lebih unik, menarik dan tentunya beda!
Ini jelas berbeda dengan lontong yang bentuknya bulat panjang atau gilig, begitu juga dengan rasanya. Sekilas memang tampak sama, tapi kalau dirasa-rasa aroma, rasa juga teksturnya berbeda, apalagi dengan lontong-lontong instan yang dibungkus dengan plastik atau malah yang dibuat dengan ditanak di magic com  dan didinginkan di kulkas yang sedang trending.Â
Baca Juga Yuk! Menu Baru dan Keluarga Baru, "Insight" Buka Puasa Seru di Pedalaman Kalimantan
Konon, kata (alm) mbah uti saya dari jalur ibu yang  sejak tahun 70-an memang sudah jualan tepo pecel, jadi beliau memang sudah  expert banget dalam urusan per-tepoan ini, konon tidak semua orang bisa dan mau memasak tepo. Lha yang sekarang ini masih mau berjualan tepo, berarti inilah sebagian kecil orang yang lolos seleksi alam yang akhirnya bisa dan mau memasak tepo.
Terbukti memang! Dari 4 orang anak perempuan simbah yang kesemuanya Alhamdulillahnya memang jago masak, tapi kenyataannya hanya bude saya yang nomor 3 saja yang benar-benar jago memasak tepo ini.
Lebih detail, selain perlu keterampilan khusus dalam membungkusnya dengan daun pisang hingga berbentuk limas atau trapesium, menurut Mbah Uti juga diperlukan kesabaran tingkat tinggi untuk mengolah kuliner yang satu ini.