Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Kurma Artikel Utama

Diary Kisah Ramadan Anak-anak di Kaki Gunung Lawu Tempo Dulu

19 April 2021   22:06 Diperbarui: 21 April 2021   15:03 2886
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tradisi Weweh atau Munjung. Sumber: Antara Foto

Kehadiran Bulan Ramadan memang selalu menjadi momen yang paling spesial bagi umat Islam di seluruh pelosok dunia, begitu juga adanya di bumi nusantara. 

Di Indonesia, masyarakat muslim yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dengan latar belakang suku, budaya dan tentunya adat istiadat yang berbeda-beda, dengan ghirah ber-Islam yang terus terpelihara dengan baik, masing-masing juga menyambut kehadiran bulan penuh berkah ini dengan suka cita mendalam, sekaligus berusaha menghidupkan syiarnya semaksimal mungkin dalam bentuk berbagai akatifitas tradisi. 

Kami anak-anak masa lampau dari kaki Gunung Lawu yang terletak di perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah, khususnya yang berdiam di bagian timur laut gunung, juga mempunyai beragam aktifitas berbasis tradisi untuk menghidupkan syiar Ramadan di sepanjang bulan yang sepertinya akan selalu menjadi kenangan tak terlupakan.

Baca Juga :  Meluruskan Kekeliruan Massal "Umat Muslim"

Kami memulai tradisi Ramadan justeru beberapa hari atau minggu sebelum benar-benar memasuki Ramadan dalam kalender Hijriah. Selain bersih-bersih rumah dan lingkungan yang biasanya juga diikuti dengan tradisi mendekorasi rumah, tradisi sebenarnya kami mulai dengan aktifitas tradisi ater-ater atau mengantarkan makanan kepada keluarga dan juga orang-orang yang dituakan di kampung yang biasanya dibedakan menjadi, weweh dan atau munjung. 

Kalau weweh biasanya porsi antarannya relatif lebih kecil, hanya menggunakan satu atau dua rantang susun saja dan biasanya diperuntukkan untuk saudara atau keluarga dan tetangga dekat yang usianya setara dengan ibu/bapak, sedangkan munjung biasanya porsi antarannya lebih besar. 

Selain rantang biasanya juga ada bakul dan atau wadah-wadah lain yang biasanya diperuntukkan saudara/keluarga dan juga tetangga yang lebih tua atau dituakan, termasuk biasanya juga kepala desa atau sesepuh desa.  

Dari tradisi ater-ater ini, kami anak-anak era 80 sampai 90-an biasanya akan mendapatkan sangu atau semacam angpau dari orang-orang yang diantari makanan. Nah ini dia serunya! 

Shalat Berjamaah di Masjid | @kaekaha
Shalat Berjamaah di Masjid | @kaekaha

Memasuki bulan Ramadan yang sesungguhnya, keseruan yang sesungguhnya juga sudah menunggu di depan mata.  Keseruan dimulai dari shalat Isya berjamaah yang dilanjutkan dengan shalat Tarawih dan Witir berjamaah di langgar, musholla atau juga di masjid. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun