Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Kisah "Madam", Memahami Tradisi Merantau Urang Banjar ke Berbagai Penjuru Dunia

10 April 2021   09:00 Diperbarui: 11 April 2021   08:14 1917
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulak Madam (Berangkat Merantau) | @kaekaha

Baca Juga: "Hintalu Tambak", Penguasa Hajat Hidup Urang Banjar yang Semakin Langka

Menariknya, kehidupan Urang Banjar di negeri jiran ini bisa dikatakan sebagai yang paling baik jika dibandingkan dengan kehidupan Urang Banjar di daerah perantauan lainnya.

Termasuk yang berdomisili di wilayah nusantara lainnya, seperti di Kuala Tungkal (Kabupaten Tanjung Jabung, Jambi) yang populasinya mencapai 30-40% dari total penduduk, juga di daerah Sapat--Tembilahan (Kabupaten Indragiri Hilir, Riau), serta diaspora di 33 kabupaten/kota di Sumatra Utara, khususnya di Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai. 

Baiknya taraf hidup keturunan diaspora Urang Banjar di Negeri Jiran yang rata-rata cukup sejahtera dan berada di kelas menengah, menurut kajian Budayawan Banjar Ahmad Barjie, tidak lepas dari politik penjajahan Inggris yang saat itu sangat terbuka menerima kedatangan perantau Banjar, karena keuletannya menggarap lahan bisa dimanfaatkan untuk membangun Malaysia. 

Selain itu, politik pembelaan dan pemihakan terhadap suku Melayu oleh pemerintah Malaysia pasca mendapatkan kemerdekaan untuk mengimbangi eksistensi etnis Cina dan India yang didatangkan oleh penjajah Inggris ke Malaysia, menjadi berkah tersendiri bagi para perantau "melayu" dari Banjar, Sumatra, dan termasuk penduduk asli Malaysia yang akhirnya bisa sejajar dengan etnis Tionghoa dan India, bisa hidup sejahtera.

Di sana, Urang Banjar bisa duduk dan menduduki golongan dan profesi apa saja, mulai dari ulama, pengusaha, pendidik, politisi, polisi, pegawai, pejabat, dan profesi lain-lainnya.

Hanya saja, sayangnya Urang Banjar yang tergolong bertaraf hidup sejahtera tersebut enggan dan cenderung malu untuk mengakui jatidirinya sebagai Urang Banjar atau keturunan Banjar, termasuk dalam hal berhimpun dalam pertubuhan (organisasi) Urang Banjar. Apalagi untuk pulang kampung dan berinvestasi membangun banua!?

Budaya Sungai Tetap Eksis di Rantau | @kaekaha
Budaya Sungai Tetap Eksis di Rantau | @kaekaha

Belajar dari Kisah Madam

Madam-nya Urang Banjar bisa dimaknai sebagai semangat berhijrah yang pantang berputus asa dari rahmat Allah atau sekarang kita kenal sebagai semangat untuk keluar dari zona nyaman atau lebih kekinian dikenal juga sebagai semangat untuk move on. 

Dalam kehidupan yang sarat dengan sengitnya kompetisi seperti sekarang, madam bisa menjadi salah satu solusi bagi semuanya. Hanya saja, madam tidak harus dimaknai sebagai hijrah ataupun migrasi secara fisik saja, tapi bisa jauh lebih luas dari itu!

Baca Juga: Merindukan Kerlap-kerlip Lampu Rumah Lanting di Sungai Martapura, Banjarmasin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun