Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Ustad Abdul Meninggal Bukan Karena Doaku!

3 Maret 2021   23:48 Diperbarui: 4 Maret 2021   19:54 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Walimatul Ursy | sijai.com

Hari yang dinanti-nanti itupun akhirnya tiba! Sahabat karibku, Ustad Abdul benar-benar gentleman! Dia benar-benar menjadi pemenang yang berhak menyunting "gadis pujaanku dan pujaanya". Di pelaminan, mereka benar-benar duduk berdua dan tampak sangat serasi dan sekali lagi, ya sudahlah ikhlaskan saja!

Aku sudah bertekad kuat untuk memulai lembaran hidup yang baru setelah melihat pancaran kebahagiaan sahabatku Ustad Abdul saat bersanding dengan Nina, dengan melanjutkan mimpi-mimpiku yang lain, membesarkan petaicina band alternatif tempatku mencurahkan semua ide dan gagasanku, serta melanjutkan project menulis novel keduaku yang  sempat terbengkalai.

Bagaimanapun, dunia terus berputar dan bagiku memang harus terus berputar! Layaknya putaran roda, agar bisa berjalan, maka ada bagian roda yang dibawah, disamping dan diatas. Sepertinya, saat sedang merasakan posisi dibawah seperti saat ini, Allah SWT memang ingin memberiku waktu dan kesempatan untuk belajar, termasuk belajar meyakini secara bulat, bahwa manusia memang hanya bisa berencana dan keputusan tetap menjadi hak prerogatif-Nya.

Jodoh, rezeki dan maut adalah rahasia prerogatif-Nya. Sekali lagi, ini buktinya!

Tepat seminggu setelah acara walimahan Nina dan Abdul di Blitar, secara mengejutkan aku mendengar kabar kalau mereka berdua mengalami kecelakaan saat pulang belanja dari pasar besar Blitar. Sahabatku Abdul yang kabarnya sempat mengalami koma sampai seminggu dan sempat sadar beberapa saat, akhirnya meninggal dunia.

Meninggalnya Ustad Abdul sahabatku ini membawa berita mengejutkan buatku, kedua orang tua Nina dan orang tua Abdul tiba-tiba mendatangiku ke Jember dan menyampaikan wasiat Ustad Abdul beberapa saat setelah tersadar dari komanya. Sebelum mengucap kalimat tauhid La Ilaha Illallahh  dan akhirnya menghembuskan nafas terakhirnya, Ustad Abdul berwasiat, "kalau Allah berkehendak lain, memanggilku pulang, tolong kabarkan kepada sahabatku Muhammad Karim Abdul Djabbar di Jember, agar mau menikahi Nina, katakan kepadanya Nina masih suci dan belum saya sentuh".

"Ya, Allah maafkan hamba, ini bukan doa hamba dan hamba bingung harus bersedih atau bahagia!" Dalam sujudku yang bersimbah air mata, aku tetap tidak bisa membohongi diriku sendiri. Sedih atau bahagia?

Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN
Kompasianer Banua Kalimantan Selatan | KOMBATAN

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun