Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Elegi Undangan Merah Jambu Bergambar Dirimu!

26 Februari 2021   02:06 Diperbarui: 26 Februari 2021   02:43 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Melihat Tika yang langsung kabur, Taci Heni langsung mendekatiku, "Han, apalagi yang kamu tunggu!? Sudah ditembak belum?" Tanya taci Heni sambil mengerlingkan mata, ketika langkahnya sudah sejajar denganku.

"Sudah dilamar aja! Kaina keduluan orang hanyar manyasal ikam!" Taci melanjutkan kalimatnya tanpa berusaha menunggu jawaban dan penjelasanku

"Ikam 28, Tika 26, pas banar itu! Hayuk lakasi, akukah melamarkan?" Taci terus saja mengeluarkan kalimat-kalimat provokasinya kepadaku, sambil tersenyum genit penuh arti.

Beruntung, dari balik pintu ruang meeting tiba-tiba keluar kepala Pak Robby, manajer HRD memberiku kode kepadaku dan juga taci Heni untuk segera masuk ke ruangan meeting. 

"Kira-kira, Tika maulah ci?" Tanyaku pelan sambil membuka pintu ruang meeting.

"Ikam ni aduuuuuh jadi laki-laki kok peragu gitu, harus yakin laaaaaah!" Jawab taci Heni pelan tepat di kuping kiriku sesaat sebelum aku duduk di kursi ruang meeting.

Setelah duduk tepat disampingku, kulihat taci Heni menulis sesuatu di sticky note kecil berwarna kuning ngejreng dan setelah selesai  langsung digeser dengan tangan kanannya kearahku. 

"Ikam ni terlalu banyak pertimbangan! Tidak semua perempuan itu matre seperti yang kamu pikirkan! Lagian kalian sudah lama saling kenel dan mengenal, sudah gitu sudah sama-sama punya penghasilan, apa lagi?" Itu isi tulisan taci Heni di sticky note. Aku hanya bisa tersenyum membaca tulisan provokatif taci Heni yang seharusnya bisa membakar keraguan dan ketidakpedeanku dihadapan perempuan selama ini. 

"Entahlah, aku sendiri juga tidak tahu "penyakit" apa yang sebenarnya membuatku selalu gugup dan gemetaran jika harus bicara cinta, apalagi mencintai seorang perempuan, terlebih yang baru ku kenal!"

"Tapi Tika anak orang berada ci, kita semua tahu gaya pakaiannya, tongkrongannya! Apa saya sanggup nantinya!? Tanpa banyak berpikir, dibalik sticky note yang berisi tulisan taci Heni tadi langsung saya tuliskan apa yang saya rasakan selama ini. Entah, kegilaan apa yang membuatku bisa terprovokasi menuliskan itu semua.

"Kalian sudah sama-sama dewasa dan aku yakin Tika orangnya juga tidak seperti yang kamu bayangkan. Sejauh yang kutahu dia orangnya sederhana, bahkan teramat sederhana jika melihat latar belakangnya. Sudaaaaah, kalau memang suka lakasi dilamar aja, rejeki sudah ada yang mengatur! Jangan sampai kedahuluan orang dan yang penting kesempatan belum tentu datang dua kali lho han!" Tulis Taci Heni lagi di sticky note baru yang kali ini berwarna merah jambu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun