Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Elegi Undangan Merah Jambu Bergambar Dirimu!

26 Februari 2021   02:06 Diperbarui: 26 Februari 2021   02:43 486
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Nang, apa sabujurnya nang handak ikam cari? Usiamu sudah lebih dari cukup, bahkan adik-adikmu semuanya sudah mempunyai momongan!" Seperti pagi-pagi sebelumnya, sejak si Muksin sepupu yang juga sahabatku sejak kecil, sebulan lalu akhirnya menikahi teman sekantornya, obrolan di meja makan pagi ini kembali dibuka ibu dengan topik "panas" yang entah sampai kapan akan terus sidin ulang-ulang.

Bahkan, karena layaknya memutar kaset pita di pagi hari yang diulang secara terus menerus, aku sampai hapal dimana sidin akan menempatkan koma, titik bahkan juga penebalan intonasi bertanda seru dari kalimat-kalimat yang hak patennya pasti milik sidin ini.

"Sabar ma, Burhan juga terus berusaha mencari menantu idaman gasan pian, semua butuh proses dan pastinya juga tidak semudah membalik telapak tangan. Intinya mama sabar aja ya, sambil terus doakan Burhan agar segera berjodoh dengan bidadari yang akan menjadi pendamping Burhan di dunia dan akhirat", jawabku sambil merapikan piring dan peralatan makan lain yang baru saja kami gunakan menyantap lontong tampusing dengan lauk kepala iwak haruan, menu sarapan kegemaran keluarga kami.

Sejak abah meninggal dua bulan setelah Mumtaz, adik bungsuku yang melangsungkan pernikahan kira-kira dua tahun lalu dan langsung mengikuti suaminya yang tugas belajar ke Mesir, begitu juga dengan Jihan dan Rahma adik-adik perempuanku lainnya yang lebih dulu mengikuti suaminya masing-masing tinggal di luar kota, praktis tinggal aku dan mama saja yang tinggal di rumah berarsitektur tradisional Banjar, gajah baliku yang sejak puluhan atau mungkin malah ratusan tahun silam telah menjadi tempat tinggal turun-temurun "klan" padatuan dari pihak mamaku ini.

Tidak heran jika kemudian suasananya menjadi jauh lebih sepi dan hening, apalagi jika siang hari, ketika aku dan mama sama-sama beraktifitas. Saya ngantor di sebuah perusahaan tambang lokal, sedangkan mama menjadi guru sekaligus kepala sekolah SD di Kebun Bunga, yang lokasinya masih di seputar jalan A. Yani, tidak jauh dari kantorku.

Baca Juga :  Diary Personalia | Pacaran 10 Tahun, Eh ... Giliran Nikah Cuma Bertahan 3 Bulan

"Jangan terlalu bepilih-pilih, kada bagus! Sudah berapa kali juga ibu memberikan pilihan, tapi semuanya kamu tolak!" Obrolan masih berlanjut di dalam mobil, ketika saya mengarahkan mobil hardtop kuning, peninggalan almarhum abah, menuju SD Kebun Bunga untuk mengantarkan ibu sekalian saya juga berangkat menuju kantor.

"Maaf ma, bukannya Burhan terlalu memilih untuk urusan mencari istri, tapi semua yang mama pilihkan tidak satupun masuk kriteria. Dari gaya berpakaian mereka saja, mama pasti sudah tahu, sulit bagi Burhan untuk memenuhinya, belum lagi make up dan yang lain-lainnya!"  Jawabku sambil terus menatap lalulintas pagi di jalan paling kesohor di seantero Pulau Kalimantan yang sepagi itu sudah mulai bermacet-macet ria, gara-gara beberapa alat berat yang membongkar paksa beberapa konstruksi bangunan dan juga jembatan liar disepanjang sungai di tepi jalan yang diduga menjadi salah satu penyebab parahnya banjir besar di awal tahun kemarin.

"Ya sudah, terserah ikam saja, tapi ingat mama sudah tua, sebentar lagi juga pensiun. Kepingin rasanya mama menghabiskan masa tua dengan menimang-nimang cucu sendiri bukan cucu orang lain, ya! 

Setiap mendengar ucapan ibu yang satu ini, mulutku selalu seperti dirantai dan terkunci oleh puluhan gembok yang hilang kuncinya, diam seribu bahasa sampai ibu mengucapkan salam, setelah si kuning berhenti tepat didepan pintu gerbang tanpa pagar sekolah SD Kebun Bunga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun