Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Parameter Idiomatik "Bener tur Pener" dalam Seni Mengkritik

11 Februari 2021   10:15 Diperbarui: 11 Februari 2021   10:38 1339
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bener tur Pener | Twitter/@Rohmat84652773 

Maknanya, seburuk apapun efek dari sebuah kritikan, kalau si penerima kritik mau berpikir jernih tetap ada guna dan manfaatnya, tapi jangan salah! Sebesar apapun manfaat dari sebuah kritikan, sepertinya tetap tidak akan bisa dengan mudah "menyadarkan" kita untuk secara sadar ikhlas dan legowo untuk dikritik, apalagi secara terbuka dan benar-benar minta dikritik!

Berangkat dari fakta bahwa sifat dasar manusia pada dasarnya enggan untuk dikritik, maka agar bisa mengkritik secara efektif dan efisien tanpa harus mengumbar hawa nafsu dan juga kemungkinan "tampang bodoh kita", sepertinya kita memerlukan parameter yang berfungsi layaknya filter yang akan menguji tingkat kebermanfaatan dan juga kemungkinan ketepatan momentum (situasi, waktu, tempat dan lain-lainnya) dari materi kritikan. 

Untuk itu, sepertinya kita bisa memanfaatkan software alias piranti lunak berupa frasa idiomatik khas tradisi lisan mayarakat Jawa, "bener tur pener" yang bisa kita instal kedalam otak sekaligus hati nurani kita secara bersamaan.

Parameter bener atau benar dalam bahasa Indonesia disini, terkait subtsansi permasalahannya yang saya kira berlaku lebih universal, artinya benar di Banjarmasin kemungkinan besar juga benar di Jakarta.

Ini berbeda dengan istilah pener yang sepertinya memang tidak ada terjemahannya yang pas dalam bahasa Indonesia, tapi ada makna yang terdekat, yaitu tepat. Tapi tepat yang maknanya juga luas, karena istilah pener bisa masuk pada dimensi waktu, tempat bahkan bisa juga momentum. 

Contohnya, saya menasihati Darto, supir dikantor yang beberapa hari tidak masuk kantor tanpa pemberitahuan di lobi kantor dengan intonasi tinggi yang suaranya pasti bisa didengar oleh orang-orang yang ada di lobi dan yang kebetulan lalu lalang disitu.

Tindakan saya ini memang bener atau benar, apalagi Darto anak buah saya langsung di bagian umum, apalagi dia tidak masuk kantor tanpa ijin/pemberitahuan pula!  Tapi, tindakan saya memberi nasihat yang pastinya juga berisi kalimat-kalimat teguran dan bisa jadi juga mengungkap "data-data" minor lainnya dengan nada tinggi di lobi kantor,  jelas tindakan yang tidak tepat alias ora pener! 

Sesalah-salahnya Darto, dia juga punya martabat. Jika itu dilukai dengan cara dikritik/dinasihati dengan metode yang tidak benar apalagi ditempat yang tidak semestinya (di muka umum), karena dia anak buah saya, saya yakin dia akan diam dan secara kognitif (dalam pikiran dan hatinya) tetap mengakui kebenaran nasihat saya itu. 

Tapi sayangnya, ada kemungkinan Darto sakit hati dan marah besar, kehilangan muka dan harga diri, karena "merasa" dihina di depan banyak orang (padahal maksud kita ingin menasihati) yang bisa saja menimbulkan rasa benci dan dendam, sehingga nasihat yang benar sekalipun tak akan dipedulikannya. 

Nasihat hanya sampai di pikiran Darto, tidak masuk ke dalam hati sanubarinya, sehingga tidak akan terjadi proses pembatinan atau interiorisasi. Dengan begitu,  nasihat baik kita akan mudah menguap begitu saja dari pikirannya, karena tak mengakar kuat dalam hati.

Twitter/@Rohmat84652773
Twitter/@Rohmat84652773

Seni Mengkritik

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun