Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Saatnya Menjual Wisata Ekstrem Selimut Kabut Asap Khas Kalimantan dan Sumatera

15 September 2019   00:08 Diperbarui: 16 September 2019   10:08 4316
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Anak-anak main sepeda di tengah selimut kabut asap (dokpri)

Setiap memasuki puncak kemarau, Pulau Kalimantan dan Sebagian Sumatera selalu mendapatkan teror selimut kabut asap yang biasanya datang dan pergi layaknya tuyul! Tanpa permisi, tapi ternyata menghabiskan dana milyaran rupiah!

Masih ingat dengan guyonan Gubernur Kalimantan Tengah, Sugianto Sabran yang siap membayar pawang hujan manapun asal sanggup membantu menurunkan hujan selama 5 (lima) hari berturut-turut untuk mematikan kobaran api yang membakar hutan dan lahan di Kalimantan Tengah?

Ternyata, meskipun sekedar guyonan Sugianto Sabran saat itu tidak bercanda untuk hitungan angka rupiahnya. 

Dikutip dari JPNN, menurut Staf Ahli Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Komarudin Sulaeman Simanjuntak, berdasarkan perhitungan BNPB, anggaran operasional 1 (satu) helikopter yang beroperasi selama 1 (satu) jam penuh menghabiskan dana 200 juta rupiah.

"Sehari, helikopter rata-rata beroperasi 5 (lima) jam. Jadi, anggaran yang dikeluarkan untuk satu helikopter sehari sekitar 1 (satu) miliar, saat ini helikopter yang ada di Kalteng dan dalam posisi siap tempur ada tiga unit," ujarnya

Artinya, dalam sehari saja Pemprov Kalteng harus mengeluarkan dana sebesar 3 (tiga) miliar, hanya untuk membayar jasa helikopter.

Sementara itu, untuk biaya operasional satgas karhutla sebanyak 1.512 personil menghabiskan sekitar 22 miliar rupiah per-bulan. Wooooow!

Berangkat dari fakta-fakta karhutla yang layaknya "tuyul" dan diam-diam ternyata sangat boros pendanaan, plus fakta selimut kabut asap yang bisa mendatangkan sensasi layaknya "dunia lain" seperti pengalaman saya yang saya tulis pada artikel Banjarmasin Pagi Ini, Serasa di "Dunia Lain" dan Kabut Asap? Ah, Kami Sudah Biasa!

Biar nggak defisit anggaran, kenapa kita tidak mencoba untuk mengemas "drama" selimut kabut asap ini menjadi destinasi wisata ekstrem sekalian! Misal dengan tagline "Wisata Ekstrem: Menyusuri Dunia Lain dalam Selimut Kabut Asap!"

Seperti kita ketahui, masyarakat mancanegara sedang gandrung dengan model-model wisata baru, kekinian dan nyerempet-nyerempet bahaya alias wisata ekstrem eksklusif.

Beberapa di antaranya bahkan tidak hanya sekedar membakar adrenalin semata tapi juga benar-benar mempertaruhkan nyawa, seperti trekking di kawah gunung berapi yang sedang aktif-aktifnya dan akan segera meletus atau juga berenang bersama hiu dan untuk itu semua, mereka rela membayar dengan harga mahal, lho!

Selain aspek pasar yang jelas ada! Dari sisi destinasinya sendiri sudah sangat mendukung dan sangat layak untuk dijadikan sebagai destinasi wisata ekstem andalan Indonesia.

Pertama dari segi kalender atau jadwal acara. Untuk urusan ini, bahkan sudah sangat rapi dan teratur sejak awal, karena secara rutin pasti akan berlangsung tiap musim kemarau.

Kedua, dari segi lokasi. Kawasan atau lokasi destinasinya juga sudah bisa dipastikan, yaitu di sebagian Pulau Sumatera, terkhusus di Propinsi Riau dan di Pulau Kalimantan, kecuali Kalimantan Utara dan Kalimantan Timur, calon Ibu Kota Negara.

Ketiga, dari segi infrastruktur dan perlengkapan. Untuk urusan ini tidak perlu dipikirkan lagi, karena infrastruktur di kawasan yang teselimuti kabut asap ini semuanya sudah jadi.

Diiharapkan, dengan adanya destinasi wisata spesifik ini okupansi kamar hotel di daerah terdampak karhutla yang menurun drastis, bahkan banyak di antaranya yang harus gigit jari alias kosong melompong sama sekali tidak mendapat tamu, bisa kembali terangkat dan okupansi hotel akan kembali normal.

Keempat, mungkin ke depan hanya dibutuhkan semacam branding baru pada daerah-daerah yang dijadikan destinasi, misal masing-masing kota diminta membuat slogan-slogan menarik dan menantang terkait wisata ekstrem menjelajah selimut kabut asap. Contoh: "Banjarmasin Kota Ramah Asap, Surga Dunia lain yang Sebenarnya!" Keren kan?

Kelima, dari segi SDM atau Sumber Daya Manusia. Untuk urusan SDM sepertinya pemerintah harus memberdayakan masyarakat di masing-masing kota destinasi selimut kabut asap, baik untuk guide maupun tenaga lainnya karena selain warga setempat sepertinya sulit untuk merekrut tenaga dari luar daerah.

Selain itu, karena segmen utama jenis wisata ekstrem seperti ini adalah para wisatawan asing dari mancanegara, maka pemerintah harus membantu mengasah kemampuan berbahasa asing dari warga setempat agar bisa ikut berperan aktif dalam pariwisata.

Keenam, asuransi kesehatan. Wisata ekstrem inikan relatif berbahaya, jadi selain memerlukan perlengkapan memadai yang sesuai dengan standar kesehatan pemerintah juga harus menyediakan asuransi kesehatan bagi para wisatawan yang berkunjung!

Mudah-mudahan artikel ini dibaca Pak Arif Yahya Menteri Pariwisata, atau syukur-syukur Pak Jokowi Presiden kita juga ikut membaca...he...he...he. Pasti ide ini bisa segera terwujud!

Ada lagi?
Silakan tambahkan di kolom komentar jika para pembaca yang budiman masih menemukan ide-ide cemerlang terkait wisata kabut asap ini, agar ide dan inspirasi wisata ekstrem ini benar-benar bisa segera terwujud!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun