Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Siapa yang Menjawab Teleponku?

1 September 2019   00:09 Diperbarui: 2 Maret 2021   22:28 172
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Masjid Jami Al Baitul Amin, Jember (foto : kontraktor kubah masjid.com)

Aku terlambat! Padahal pagi ini aku ingin memberinya kejutan, melamarnya sekaligus mengajaknya meresmikan hubungan kami ke jenjang pernikahan sebelum berangkat ke Inggris. Jadi aku akan membawa Nana bersamaku selama aku tugas belajar di Inggris.

Dengan perasaan campur aduk, aku langsung menuju wartel KOPMA untuk menelpon orang tua Nana. Sayang, telpon rumah Nana sepertinya sedang gangguan, selain tidak ada nada tunggu juga langsung terdengar nada putus, selanjutnya hanya keheningan dan kesenyapan yang saya dengar dari gagang telepon.

Karena kesibukanku mengajar, seminar, juga kegiatan sosial di beberapa LSM dan organisasi ekstra  di luar kampus yang aku bangun dengan teman-taman plus mempersiapkan sendiri berbagai keperluan keberangkatanku ke Inggris sekitar dua minggu kedepan, akhirnya aku hanyut lagi dalam rutinitas aktifitasku.

“Nana!” Aku seperti baru terbangun dari mimpi! Sesaat setelah membaca doa tidur dan hampir saja mataku terlelap. Aku teringat Nana! Seketika aku langsung meloncat keluar dan menggeber motorku menuju Wartel KOPMA untuk menelpon Nana di Malang.

“Masih sempat”, gumamku dalam hati sambil melirik jam tangan merek Eropa di lengan kananku yang sejak di hibahkan kepadaku oleh Dr. Kareem Abdul Djabbar senior sekaligus mentorku di FE UNEJ dan juga MAHAPENA itu hanya terlepas jika aku sholat dan beraktifitas di kamar mandi saja. Sekarang baru jam sebelas , artinya masih sejam lagi Wartel KOPMA buka.

“Aneh! Kenapa dari pagi tadi gangguannya nggak selesai-selesai ya!?” Gerutuku dalam hati. Aku hampir putus asa dan akan menaruh gagang telepon ke tempatnya lagi setelah hampir setengah jam mencoba me-redial nomor rumah Nana terus, ketika tiba-tiba terdengar suara nada sambung dari seberang.

Hatiku seketika berbunga-bunga, ketika dari seberang ada jawaban dan aku tidak akan pernah salah dengan pendengaranku, Alhamdulillah ini Nana! Akhirnya kami ngobrol ngalor-ngidul sampai lewat tengah malam. Bahkan si Juki penjaga wartel sudah berkali-kali kasih kode kalau wartelnya mau tutup.

Sejak hari itu, aku terus berkomunikasi dengan Nana melalui telpon. Termasuk saat memberi tahu kalau aku mendapat beasiswa ke Inggris untuk program doktoral sekaligus ingin membawanya serta ke Inggris selama tugas belajar disana nanti dan dengan senang hati Nana menyerahkan semuanya kepada Allah SWT. Katanya, “Asal Allah mengizinkan, Insha Allah Nana ikhlas dan akan ikut kemanapun Mas Hendra pergi!”

Dalam sehari bisa tiga sampai lima kali aku telpon Nana, apalagi saat mendekati hari keberangkatanku ke Inggris yang tinggal menghitung hari, apalagi ketika Nana mengabarkan kesehatannya yang sedang tidak stabil, kemarin dia bilang badannya demam tinggi sampai menggigil dan dari hidungnya kembali keluar darah segar.

Nana sangat khawatir tidak bisa melepas kepergianku di Juanda dua hari kedepan, karena kalau untuk ikut denganku ke Inggris saat ini jelas tidak mungkin! Mendengar itu semua sebenarnya hatiku gusar juga. Tapi demi menutupi itu semua, aku selalu bercanda kalau obat demam itu hanya satu, yaitu aku! Nah, Alhamdulillah setelah itu kudengar tawa Nana di seberang sana.

“Insha Allah, nanti kita ketemu di Juanda saja sayang!” Ucapku kepada Nana sesaat sebelum aku menutup teleponku dan nana membalasku dengan mengucapkan “Insha Allah Mas! I miss U, biarkan Nana istirahat dengan tenang ya mas!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun