Mohon tunggu...
Kartika E.H.
Kartika E.H. Mohon Tunggu... Wiraswasta - 2020 Best in Citizen Journalism

... penikmat budaya nusantara, buku cerita, kopi nashittel (panas pahit kentel) serta kuliner berkuah kaldu ... ingin sekali keliling Indonesia! Email : kaekaha.4277@yahoo.co.id

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Hikmah Ramadan untuk Etika Bermedia Sosial yang Bijaksanna

17 Mei 2019   09:06 Diperbarui: 17 Mei 2019   09:11 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bijak bermedia sosial (BeritaSatu.com)

Salah satu hikmah Ramadhan adalah membiasakan diri untuk mengelola dan mengendalikan hawa nafsu dengan bijaksana. Tidak tanggung-tanggung lho, di "kawah candradimuka" Ramadhan, kita tidak hanya diwajibkan untuk menahan diri dari perkara yang haram yang sudah pasti dilarang oleh Allah SWT, tapi disaat berpuasa kita juga diwajibkan untuk menahan diri dari beberapa perkara mubah dan halal. Harapannya, kedepan dan seterusnya kita bisa lebih terbiasa untuk sabar dalam menahan diri pada perkara yang syubhat, makhruh apalagi yang haram.

Allah SWT memang maha tahu apa yang terbaik untuk makhluk-Nya!

Memang harus diakui, timing penyelenggaraan pesta demokrasi kita untuk memilih anggota legislatif dari tingkat Kota/Kabupaten sampai tingkat pusat dan terutama pemilihan presiden serta wakil presiden yang relatif dekat dengan bulan suci Ramadhan, menjadi media "ujian" tersendiri bagi umat Islam yang harus disikapi dengan strategi yang cerdas dan bijaksana oleh umat Islam yang sedang menjalankan ibadah puasa Ramadhan.

Belum lagi acara-acara hiburan kita di televisi arus utama yang masih banyak mengajak kita untuk meng-ghibah secara berjamaah. Padahal saat ini, program TV banyak yang menjadikannya sebagai tuntunan, bukan sekedar tontonan. Jelas, ini menjadi "tantangan" nyata bagi kita semua.

Bagaimana tidak?

Tidak kunjung dewasa plus rendahnya kecerdasan kita dalam berdemokrasi, memunculkan ragam anomali dalam syiar Ramadhan kita kali ini, ruang publik yang harusnya untuk menghidupkan ghirah Ramadhan diisi dengan debat kusir yang tidak berusaha mencari solusi, tapi justru menjadi ajang meluapkan emosi dan semua tentu sudah paham, kalau yang namanya emosi mempunyai kecenderungan untuk tidak terkontrol dan kalau sudah begitu yang keluar adalah sumpah serapah, caci maki dalam berbagai bentuk dan ekspresi. 

Celakanya, semua tidak berhenti ketika programnya sudah selesai, karena semua "pasti"berlanjut di media sosial diteruskan oleh tim buzzer dan simpatisan masing-masing...

Fakta ini mungkin sejalan dengan ramalan Sri Aji Joyoboyo, Raja Kerajaan Kediri di sekitar abad ke-11 yang menerawang akan datangnya sebuah jaman atau peradaban yang disebutnya sebagai jaman edan atau gila. Dimana hanya orang-orang yang mengikuti kegilaan jaman itulah yang bisa menikmati kehidupan. Tapi, menurut terawangan Joyoboyo selanjutnya, tetap dan hanya orang-orang yang ingat kepada-Nya (habluminallah) dan waspada pada dinamika sosial disekitarnya (habluminannas) yang akan beruntung (di dunia dan akhirat).

Berkaca dari hikmah Ramadhan dan ramalan Sri Aji Joyoboyo diatas, sepertinya ada keselarasan yang bisa dijadikan angle kita dalam memposisikan diri sebagai makhluk sosial di era jaman edan alias jaman medsos seperti sekarang ini!

Dengan bersungguh-sungguh berpuasa demi mengharapkan ridho dan pahala dari Allah SWT selama bulan Ramadhan (menjaga habluminallah), apalagi kita semua tahu khusus untuk ibadah puasa di bulan Ramadhan ini Allah SWT memberikan kekhususan yang sangat luar biasa, seperti disampaikan Rasulullah dalam hadis berikut 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun