Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Pembangunan Pertanian Pedesaan Indonesia Terkendala Kelangkaan Data

26 Mei 2020   07:34 Diperbarui: 26 Juni 2020   13:24 1199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber ilustrasi: money.kompas.com

Data tersebut juga harus dikumpulkan melalui proses pengumpulan data yang didasarkan pada metodologi yang kuat. Dengan demikian, informasi yang akurat dan tepat waktu sebagai dasar pengambilan kebijakan yang berdasar bukti (evidence-based policy) dapat disediakan. 

Hal ini sejalan dengan semangat agenda Strategi Global untuk meningkatkan Statistik Pertanian dan Pedesaan/the Global Strategy to Improve Agriculture and Rural Statistics yang telah dicanangkan oleh FAO.

Sayangnya, dalam konteks Indonesia, terdapat kesenjangan antara kebutuhan informasi untuk mendukung kebijakan yang kuat terkait sektor pertanian-pedesaan dan ketersediaan data yang ada. 

Dengan kata lain, data tersebut tidak tersedia sebagai akibat tidak adanya sistem data berkelanjutan untuk statistik pertanian dan pedesaan. 

Contoh konkrit terkait hal ini adalah kelangkaan data berkualitas tinggi dan terkini untuk perhitungan indikator-indikator SDGs di bawah perwalian FAO, khususnya indikator 2.3.1, 2.3.2, 2.4.1, 5.a.1.a, dan 5.a.1.b yang dicakup dalam Tujuan 2 (zero hunger) dan 5 (gender equality) pembangunan berkelanjutan. 

Kondisi ini telah mengurangi kapasitas Indonesia dalam menjalankan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) untuk pembangunan sektor pertanian dan pedesaan serta memonitor progres capaian pembangunan berkelanjutan yang diukur melalui indikator-indikator tersebut. 

Tidak mengherankan jika hingga kini, Indonesia termasuk negara yang tidak mampu menyediakan indikator-indikator tersebut untuk kompilasi FAO yang akan digunakan untuk evaluasi global dan perbandingan antar negara.

Sebagai jalan keluar, BPS berencana akan melaksanakan Survei Pertanian Terintegrasi (SITASI/AGRIS) untuk pertama kalinya pada Tahun 2021 sesuai rekomendasi FAO. 

Survei ini diharapkan dapat  menyediakan the Global Strategy Minimum Core Data Set, termasuk informasi yang diperlukan dalam perhitungan indikator utama SDGs pertanian, dan diharapkan dapat menjadi titik awal bagi ketersediaan sistem data berkelanjutan untuk statistik pertanian dan pedesaan di Indonesia. 

Lebih dari itu, SITASI/AGRIS juga dimaksudkan sebagai langkah awal menuju era baru Sensus Pertanian berstandar internasional yang akan dilaksanakan pada Tahun 2023.

Saat ini, SITASI/AGRIS sedang dalam tahap persiapan uji coba yang akan dilaksanakan di tiga provinsi, yakni Jawa Barat, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara Barat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun