Mohon tunggu...
Kadir Ruslan
Kadir Ruslan Mohon Tunggu... Administrasi - PNS

PNS di Badan Pusat Statistik. Mengajar di Politeknik Statistika STIS. Sedang belajar menjadi data story teller

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pelajaran dari China untuk Cebong dan Kampret

31 Oktober 2018   13:54 Diperbarui: 31 Oktober 2018   14:15 323
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan ini diilhami pengalaman saya selama menyelesaikan tugas akhir (tesis) yang cukup melelahkan. Beberapa waktu yang lalu, saya menuntaskan presentasi akhir tesis saya di hadapan sekitar dua pulahan orang audien yang menyesaki ruang seminar Department of Econometrcis and Business Statistics, Monash University, Australia.

Saya rada gugup di awal-awal. Bukan karena professor, doktor, dan mahasiswa doktoral memelototi saya, tapi karena presentasi harus disampaikan dalam bahasa Inggris. Alhamdulillah presentasi saya berjalan lancar.

Dari semua audien yang hadir, sebagian besar beretnis China. Seminggu sebelumnya, supervisor saya yang juga orang China, menginisiasi sebuah latihan presentasi di ruang yang sama. Semua audien yang hadir adalah orang China. Bahkan, saat mengetik tulisan ini di lab komputer yang dipenuhi belasan orang, semuanya adalah mahasiswa asal China. Hanya saya seorang diri yang bukan China.

Tidak hanya itu, sebagian besar referensi utama yang menjadi lokus dari tesis saya itu ditulis oleh orang China. Itulah faktanya, dewasa ini mereka sangat dominan. Tidak membikin heran jika saat ini China telah melampaui Amerika Serikat dalam hal riset.

Kampus-kampus utama China semakin diperhitungkan di kancah global. Beberapa di antaranya bahkan mampu menembus jajaran 50 kampus terbaik dunia. Merujuk pada peringkat universitas di dunia yang dipublikasikan oleh QS University World Ranking pada tahun ini, universitas terbaik di China, Tsinghua University, saat ini menempati peringkat 17 dunia.

Saya tidak bermaksud rasial dengan tulisan ini. Justru sebaliknya, saya ingin menunjukkan bahwa ada banyak hal yang bisa kita ambil sebagai pelajaran dari dominasi China di berbagai bidang belakangan ini.

Lalu mengapa China bisa begitu dominan? Tulisan ini barangkali terlalu menyederhanakan persoalan dalam mencari jawaban yang pas dari pertanyaan tersebut.

China saat ini pada dasarnya adalah produk dari sebuah peradaban sangat tua yang telah berusia ribuan tahun. Di masa lalu, mereka sudah sangat maju. Dalam bukunya yang berjudul 'When China Rule the World' Martin Jacques menyajikan banyak contoh terkait hal ini. Sekadar menyebutkan salah satunya, ratusan tahun sebelum Napoleon berhasil mengarungi Samudera Atlantik dengan kapalnya yang megah, armada China dengan ukuran kapal yang hampir sepuluh kali lebih besar telah berhasil menjangkau pesisir Afrika.

Napoleon sendiri pernah mengibaratkan China sebagai seekor singa yang sedang tidur. Namun ketika ia bangun, ia bakal mengguncang dunia. Dan, Mantan Perdana Menteri Australia Kevin Rudd mengatakan, saat ini singa itu tidak hanya sekadar bangun, tapi ia juga berjalan bahkan berlari dengan gagah. Dan, seluruh dunia mau tak mau harus mengikuti arah langkahnya.

Namun, peradaban yang sangat maju itu tak bisa melewan kekuatan kolonialisme. China takluk dan menjadi terpinggirkan bahkan di tanahnya sendiri. Kolonialisme menumbuhkan sentimen anti Barat. Itulah yang terjadi ketika di negeri sendiri (Shanghai) mereka dapati tulisan yang sangat merendahkan seperti ini "no dogs and Chinese allowed". China lalu memilih komunisme sebagai anti tesa demokrasi yang dipromosikan oleh Barat. Sistem politik China lalu menjadi sangat kompak. Hanya ada satu partai politik dengan kekuatan yang tidak terbatas, yakni Partai Komunis China. Negara ini sangat sentralistik.

Pada mulanya, China begitu sangat tertutup. Persis seperti Korea Utara saat ini. Namun, lompatan kecil dengan efek luar biasa terjadi ketika Deng Xiaoping berujar "we have to open the door". China kemudian membuka diri terhadap kapitalisme. Tapi hal ini hanya terjadi dalam bidang ekonomi. Secara politik, negara ini tak berubah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun