Mohon tunggu...
Kadek Sinta Ariesta
Kadek Sinta Ariesta Mohon Tunggu... -

Mahasiswi : Institut Teknologi Sepuluh Nopember Perencanaan Wilayah dan Kota (2016)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indikasi Kepadatan Kota Madani, Batam

14 Desember 2016   01:07 Diperbarui: 14 Desember 2016   02:13 360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Batam adalah salah satu kota metropolitan yang ada di Indonesia. Dilihat dari letak geografisnya, Kota Batam merupakan sebuah pulau yang lokasinya sangat strategis karena terletak di jalur pelayaran internasional. Jika ditinjau dari letaknya di peta, Batam tergolong kota yang luasnya tidak terlalu besar. Batam memiliki luas 3.990 km2 (1,540 sq mi) yang jika dilihat di peta hanya berupa titik di antara pulau-pulau:

(Sumber : google - Kota Batam dalam peta)

Namun ternyata, masalah kepadatan penduduk tidak dapat dihindari oleh Kota Batam. Dengan jumlah penduduk yang dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan cukup menajam, kepadatan penduduk menjadi salah satu kasus yang cukup menarik perhatian. Menurut data Badan Pusat Statitsitia (BPS) Kepulauan riau, tabel dinamis kepadatan penduduk kota Batam berada di angka 697 pada tahun 2013 dan 1482 pada tahun 2014. Angka-angka kepadatan penduduk di Batam merupakan angka tertinggi di antara kota-kpta Kepulauan Riau lainnya. (Sumber : http://kepri.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/7 - bps.go.id).  Jumlah penduduk di kota Batam dari tahun ke tahun juga pesat meningkat. Diawali dengan data BPS dari tahun 2008 sebanyak 824964 penduduk hingga tahun ini thaun 2016 mencapai 1236399 penduduk (Sumber : http://kepri.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/7 - bps.go.id).

Masalah kepadatan penduduk ini menyebabkan timbulnya peranakan masalah lainnya. Diantaranya adalah masalah kemiskinan, pengangguran, dan kriminalitas. Masalah-masalah ini bergerak beriringan dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya. Kepadatan penduduk yang tidak dapat dihindarkan menyebabkan persaingan lapangan kerja tidak dapat dihindari. Walaupun Batam terkenal dengan sebutan kota industri yang dimana terdapat kurang lebih 22 kawasan industri tersebar di kawasan Batam itu sendiri, namun faktanya hal ini belum bisa mengatasi kasus pengangguran di Batam. Pengangguran ini sendiri membawa dampak yang besar untuk masyarakat sehingga kasus kemiskinan masyarakat otomatis bergerak merajalela. Kembali ditunjukan oleh data BPS menyatakan terdapat 59900 penduduk miskin di tahun 2016 (sumber : bps.go.id) Lagi-lagi Batam meraih peringkat teratas kota yang memiliki jumlah penduduk miskin tertinggi di Kepulauan Riau.

Hal ini sungguh membingungkan dengan fakta bahwa lapangan kerja kota Batam belum bisa menampung kerja penduduknya yang terus bertambah. Seperti yang banyak diketahui industri yang ada di kota Batam kebanyakan didominasi oleh perusahaan dalam negeri dan perusahaan luar. Saya sangat terusik dengan pemikiran apa yang terjadi jika perusahaan-perusahaan asing tersebut memutuskan untuk pergi angkat kaki dari Kota Batam seperti isu-isu yang terdengar belakangan ini dan pernah pula  terjadi di tahun 2011. Pasti lebih banyak pengangguran yang menerpa Batam dengan angka pengangguran yang tidak dapat ditahan lagi di masa mendatang.        

Pengangguran di Batam dapat terjadi walaupun perindustrian di Batam cukup gencar karena indikasi turunnya perekonomian dan banyaknya perusahaan yang hengkang dari Batam. Selain itu, tidak adanya investasi baru menyebabkan perekonomian di Batam timpang. Berdasarkan survey Badan Pusat Statistika (BPS) pengangguran di  Kota Batam sudah mencapai 1,5 juta orang.

(sumber Video : INEWS TV)

(Video :https://www.youtube.com/watch?v=grLF0S9GD0A)

Pengangguran mendorong kemiskinan dan kriminalitas. Mengapa? Tekanan yang diterima penduduk oleh persaingan kerja yang tak terhindarkan menyebabkan psikis masyarakat yang sedang mencari pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan di Batam yang tergolong tidak murah menjadi terbebani. Beban yang semakin lama semakin menumpuk berpotensi terganggunya kejiwaan individu tersebut. Lalu apa hubungannya dengan kriminalitas ? Logikanya, tidak ada satupun manusia di bumi ini yang ingin berbuat kriminal bila keadaan tidak mendorongnya berbuat demikian. Keadaan tersebut salah satunya disebabkan karena tekanan tadi.  Salah satu kondisi yang sering terjadi semisalnya individu A (penduduk Batam) adalah tulang punggung keluarganya, namun setelah melamar kerja kesana kemari tidak membuahkan hasil apa-apa, mengingat persaingan kerja yang ketat namun sumber daya manusia yang dicari hanya segelintir saja. Sedangkan kondisinya hari itu ia harus mendapatkan uang untuk membiayai makan keluarganya , tidak hanya itu , ia juga harus membiayai pendidikan anak-anaknya. Karena ditekan oleh berbagai kondisi akhirnya ia memilih jalan instant dengan aksi kriminalitas yang memungkinkannya untuk menyelesaikan masalah perekonomiannya dengan mudah tanpa pikir panjang.

Masalah kepadatan penduduk ini terbukti merambah peranakan masalah-masalah lainnya. Seperti yang telah dijabarkan di atas, mulai dari pengangguran mengakibatkan kemiskinan yang mendorong terjadinya kriminalitas di Batam. Pokok permasalahannya hanya satu namun berdampak sedemikian luasnya.

Namun pada setiap permasalahan yang ada, pasti adapula solusi yang mengiringinya, sebab tak ada satupun masalah yang tidak dapat di selesaikan di bumi ini asalkan kita mau bergerak dan berusaha untuk mengubahnya. Begitupula dengan permasalahan kepadatan Kota Batam ini. Salah satu solusi yang bisa dilakukan dengan mengurangi pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun secara berkala. Artinya, pertumbuhan penduduk masih bisa bergerak namun tidak terlalu dinamis,sehingga pemerintah masih memiliki waktu untuk mengatasi masalah pengangguran tersebut serta dapat menanggulangi segala resiko pertumbuhan yang ada. Seperti yang diketahui, Batam adalah wadahnya para pendatang. Bahkan lebih banyak penduduk dari luar daripada penduduk asli dari Batam itu sendiri. Maka dari itu, pembatasan pendatang luar ke Batam sangat dibutuhkan mengingat luas kota Batam yang realitanya tidak besar. Pemerintah harus memastikan pendatang luar Batam yang akan masuk dan tinggal di Batam telah memiliki tujuan yang jelas. Selain itu, jaminan kualitas yang dimiliki individu itu harus ada. Jangan sampai Batam ‘de ja vu’mengulang masalah yang ada di Jakarta yakni terlalu terbuka dengan pendatang, sehingga kemakmuran para pendatang tersebut belum tentu terjamin di kota metropolitan itu sendiri. Diharapkan, pada pendatang yang memilih tinggal di Batam sudah memiliki tujuan yang jelas akan tinggal dimana, kehidupan apa yang akan ditempuh, dan cadangan rencana lainnya demi kemakmuran individu tersebut dan keluarganya.

Selain itu, yang dapat dilakukan antara lain adalah memperluas lapangan kerja yang ada.  Teorinya, jika pertumbuhan penduduk dalam suatu kota begerak beriringan dengan lapangan kerja yang tersedia serta kesempatan kerja yang memadai maka masalah kepadatan penduduk dan anak-anak masalahnya dapat terselesaikan dengan lebih mudah dan simple. Pada dasarnya pergerakan dan solusi harus berjalan beriringan.

Dari semua yang telah saya jabarkan di atas, semua kota pasti memiliki masalahnya masing-masing. Tidak terkecuali dengan Kota Batam , Kota Bandar Madani. Kepadatan penduduk di Batam memang tergolong masih bisa ditanggulangi . Namun, jika didiamkan terus menerus tidak menutup kemungkinan Kota Batam beralih menjadi kota yang serupa dengan Jakarta yang super padat. Ingatlah, kota yang baik adalah kota yang dapat memakmurkan penduduknya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun