Mohon tunggu...
Rudi Mulia
Rudi Mulia Mohon Tunggu... Konsultan - Konselor

salah satu Co-founder Komunitas Love Borneo yang mendirikan rumah baca di pedalaman Kalimantan Barat. saat ini sudah ada 16 rumah baca dan akan terus bertambah

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Gus Dur, Tokoh Toleransi Bangsa Indonesia

16 November 2011   09:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   23:36 1090
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Hari ini diperingati sebagai hari Toleransi Internasional. Kemarin sudah ada yang memperingatinya lebih dulu. Media Indonesia menulis, Massa yang tergabung dalam Perhimpunan Masyarakat Setara-Indonesia (PERMATA Indonesia) menggelar aksi damai memperingati Hari Toleransi Internasional di Bundaran HI, Jakarta, Senin (15/11). Dalam aksi tersebut mereka menyerukan kepada penyelenggra negara, elit politik dan tokoh agama memberikan teladan toleransi bagi warga negara serta mendesak pemerintah untuk menghapus Undang-Undang yang berbau diskriminasi

Sejarah hari toleransi internasional sendiri dimulai sejak 16 November 1995, dimana United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization (UNESCO) mendeklarasikan pentingnya mempromosikan dan menjamin toleransi sebagaimana telah ditegaskan dalam sejumlah instrumen internasional hak asasi manusia dan kemudian untuk pertama kalinya diperingati pada tahun 1996 sampai sekarang.

Tujuan utama dari perayaan Hari Toleransi Internasional ini mengajak seluruh warga negara yang ada di bumi ini untuk belajar hidup bertoleransi dengan memulai mengakui, menghormati, dan menghargai segala bentuk perbedaan di sekeliling kita.

Secara pribadi kalau saya melihat kata toleransi maka yang teringat dalam pikiran ini adalah nama alm. Gus Dur. Beliau adalah guru bangsa yang dikenang sebagai orang yang bertoleransi.  Satu hal yang membekas adalah ia mengajarkan kepada bangsa ini untuk berjiwa luhur dan berjiwa besar terhadap kaum minoritas yang dipinggirkan dan kaum yang terdiskriminasi. Minoritas dan terdiskriminasi dalam hal keyakinan, pandangan politik, kehidupan etnik dan bidang ekonomi.

Makna tentang hidup bertoleransi terhadap sesama begitu mengena dalam kehidupan beliau. Sudah berapa banyak orang yang mendapatkan pertolongan dari beliau karena dia ingin menunjukan apa itu arti toleransi terhadap sesama. Beliau sangat menyelami penderitaan orang-orang yang hidup terdiskriminasi dan terpinggirkan.

Lalu bagaimana dengan keadaan sekarang ini, terlebih lagi untuk memaknai hari toleransi? Ah.. agak jauh dari arang, Masih banyak pihak, oknum atau golongan yang hidup secara eksklusif. Hidup terpisah dari kaum terpinggirkan, menindas kaum marjinal dan minoritas, dan lebih parah lagi bersikap apatis terhadap orang-orang yang terdiskriminasi.

Saya banyak belajar dari alm. Gus Dur yang bersikap inklusif terhadap kaum yang berbeda karena wawasannya yang luas. Ia mampu memandang orang dari berbagai jenis latarbelakang hidup mereka. Ia tidak memusuhi orang yang berbeda. Ia mampu toleran terhadap perbedaan.

Semoga kedepannya akan muncul orang-orang yang bisa hidup bertoleransi dengan sesamanya walau memiliki pandangan yang berbeda. Tidak asal main hakim sendiri, main pukul sendiri, main kekerasan dan sebagainya. Bangsa ini terkenal dengan bangsa yang berjiwa luhur. Biarlah itu menjadi harta pusaka yang akan diwariskan buat anak cucu untuk toleran terhadap kaum minoritas yang terpinggirkan dan terdiskriminasi.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun