Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Tinggal di Palembang

Penulis adalah Guru Ngaji di Rumah Tahfidz Rahmat Palembang, dan Penulis Buku "Revolusi Hati untuk Negeri" bekerja sebagai Jurnalis di KabarSumatera.com Palembang. (www.kabarsumatera.com) dan mengelola situs sastra : www.dangausastra.com

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Peradilan Kita dan “Baju Bengkel” Nasional

24 Juli 2016   14:57 Diperbarui: 24 Juli 2016   15:03 27
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Pada sebuah kesempatan di tahun2008, saya berbincang ringan dengan Kiai Abdul Madjid, Guru Ngaji saya diTanjung Enim Sumatera Selatan. Kali itu, kami baru saja selesai mendengarkansebuah ceramah di Masjid Jamik PTBA Tanjung Enim. Karena momen-nya masih berbauperingatan Maulid Nabi Muhammad, spontan saja pembicaraan masih berkutat padakelahiran Sang Nabi itu.

 Perbincangan kami sampai padapertanyaan: mengapa Muhammad Saw mendapat diserangan keras dari kaum kafirquraisy saat di Kota Makkah?  Padahal,kedatangan Muhamamd Saw kala itu membawa misi kebaikan bagi umat sedunia, bukanuntuk umat muslim semata.

 Apakah karena kaum kafir quraisymenolak perbaikan moral? Atau karena Muhammad Saw mengajak mereka bertuhan-kanAllah Swt? Atau karena Muhammad Saw datang membawa lebel Islam sebagaipengganti keyakinan mereka, sementara mereka sudah lebih dulu menyembah berhala: Latta, Uzza dan Manatta? 

 “Di satu sisi, kisah itu adabenarnya. Karena itulah yang tampak di permukaan sejarah,” ujar Kiai Madjidmulai menjelaskan. Pada perbincangan itu sedikit banyak terungkap, bagaimanapenolakan keras kaum kafir quraisy terhadap ajaran Muhammad Saw ketika itu.

intinya, ujar Kiai Madjid,penolakan itu karena ajaran Muhammad Saw bukan karena Islam-nya, tetapi karenaajaran Muhamamd Saw telah “menabrak kemapanan” ajaran mereka. “Ini murni bukankarena mereka menolak keyakinan dari ajaran Muhammad!” tegasnya.

 Kilas sejarah menyebut, jauhsebelum kedatangan Muhammad Saw, di Kota Makkah telah berlangsung perbudakan.Kaum perempuan tidak mendapat kehormatan sebagaimana ajaran Muhammad Saw. Siapadan kapan saja, dapat seenaknya membeli perempuan sebagai budak. Penguasaanasset di Kota Makkah juga dikuasi oleh suku-suku ternama ketika itu. “Kala ituhalal dan haram bukan lagi masalah. Ini berbeda dengan ajaran Muhammad,”tambahnya.

Sistem seperti itu, bagi kaumkafir quraisy kala itu sudah menjadi tradisi yang kuat, sehingga tak sesiapayang boleh menganggu apalagi mengubahnya. Siapapun yang berani menentangtradisi kafir quraisy akan dipenggal.

Sementara, Muhammad Saw datangmembawa ajaran yang sangat bertolak belakang dengan semua itu. “Jadi bukankarena lebel Islam-nya, sehingga mereka menolak, bukan itu! Tapi nilai ajaranMuhammad yang tidak sesuai dengan tradisi dan sistem mereka sehingga Muhammadditolak. Ajaran Muhammad dianggap mengganggu ajaran mereka. Kalau dalam istlahsekarang, menimbulkan kegaduhan,” tegasnya.

Kiai Madjid kemudian membuatsebuah analogi baju bengkel. “Ya sama saja dengan baju bengkellah,” ujarnya,yang sempat membuat saya bertanya : apa hubungannya dengan ajaran Muhammad?

Para pekerja di bengkel, kataKiai Madjid, sekalipun diberi baju bersih, diseterika rapi dan berbau wangi,paling-paling akan dipakai saat dia sudah selesai pekerjaan dan hendak pulang. 

“Itu artinya mereka hanya maumemakai baju yang bagus setelah mereka di rumah. Tapi saat mereka bekerja, bajubersih yang dia pakai akan segera diganti dengan pakaian yang penuh oli, bauasap knalpot, debu dan lainnya. Dan itu memang sudah jadi tradisi mereka. Manamau pekerja di bengkel itu saat bekerja pakai pakaian berdasi? Apalagi pakaiparfum! Mereka memilih baju dinasnya yang kotor, apek dan kusam. Jangansekali-sekali kamu paksa mereka untuk pakai baju bagus saat bekerja, merekaakan menolak. Kalau dipaksa mereka akan marah pada kita!” ujar Kiai Madjid.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun