Mohon tunggu...
IMRON SUPRIYADI
IMRON SUPRIYADI Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis Tinggal di Palembang

Penulis adalah Guru Ngaji di Rumah Tahfidz Rahmat Palembang, dan Penulis Buku "Revolusi Hati untuk Negeri" bekerja sebagai Jurnalis di KabarSumatera.com Palembang. (www.kabarsumatera.com) dan mengelola situs sastra : www.dangausastra.com

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Jangan Memaksa Kerbau untuk Mencintaimu

28 Desember 2019   08:24 Diperbarui: 28 Desember 2019   08:29 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: cjip.jatengprov.go.id

Untuk mewujudkan cita-citanya, seingat saya--sejak  Gus Pri duduk di sekolah dasar, almarhum Kiai Salam sangat rajin membelikan Gus Pri -- kaset pengajian H Nanang Qosim Hj Maria Ulfa. Kalau ceramah, Gus Pri disuruh mendengarkan kaset KH Zainundin MZ, KH Qosim Nuseha melalui Radio Kayu Manis Jakarta. Tak hanya itu, Gus Pri selau diajak almarhum ikut Pengajian KH M Noor di Medari Sleman, atau di Mushola Pengulon belakang Candi Borobudur.

"Kalau kamu tidak ikut ngaji, nanti tidak Abah belikan sate," ujar almarhum Kiai Salam, setiap memaksa Gus Pri agar ikut mengaji kemana saja almarhum pergi, ketika itu.

Demikian juga Nyai Hayat, Isteri Gus Pri. Tak terbayang sebelumnya bila saat ini bersama Gus Pri ikut mengelola Rumah Tahfidz di Palembang. Sebab, sejak menempuh studi di perguruan tinggi pendidikan di Palembang, orang tua Nyai Hayat, bercita-cita agar putri sulungnya ini menjadi pegawai di sebuah kantor kabupaten, dan bisa mengenakan seragam PNS, seperti anak Mang Dardak, yang sudah lulus 3 tahun lalu. Tapi cita-cita Nyai Hayat berbailk 180 derajat ketika menikah dengan Gus Pri -- yang kini dipaksa keadaan harus mengelola Rumah Tahfidz Al-Quran.

Pada saat tertentu, Nyai Hayat, ada saja kegelisahan terhadap pilihan hidupnya mengelola santri. Satu kesempatan, Nyai Hayat minta saran dan wejangan dari ajengan (kiai) di Garut Jawa Barat, tempat pernah Nyai Hayat nyantri.

"Alhamdulilah, kalau kamu sekarang menjadi Nyai bagi santri-santrimu. Kalau si Sri dan Hari jadi PNS, ya tidak apa-apa. Tapi kamu diberi Allah kemuliaan untuk mengurusi santri. Banyak bermanfaat bagi banyak orang. Kesuksesanmu bukan PNS atau tidak, tapi karena kamu berhasil mendirikan Rumah Tahfidz untuk santri yatim dan dhuafa. Ajengan bersyukur, kalau anak murid Ajengan sekarang jadi Nyai. Bismillah, nak,  itu berkah dunia dan akhirat," ujar Ajengan memberi semangat Nyai Hayat, melalui telponnya.

Bersyukurnya, Gus Pri dan Nyai Hayat sama-sama pernah nyantri di pondok di daerah berbeda. Meskipun ketika itu, keduanya termasuk santri mbabung, yang kurang tertarik dengan pelajaran pondok.

Namun dengan keadaan sekarang, Gus Pri dan Nyai Hayat harus kompromi dengan takdir untuk belajar mengelola Rumah Tahfidz bersama puluhan santri, yang berlatar belakang yatim dan dhuafa di Palembang.

Kian hari, santri Gus Pri bertambah. Kapasitas ruang dan kamar tak lagi sesuai dengan jumlah santri. Gus Pri dan Nyai Hayat pun harus berpikir keras untuk merancang dan mengembangkan Rumah Tahfidz menjadi pondok pesantren lengkap dengan pendidikan formalnya untuk santri-santrinya yang mayoritas putus sekolah. Bahkan sebagian lagi sama sekali tidak pernah mengenyam bangku sekolah.

Segala program dan mata pelajaran pondok ditulis sedemikan rupa. Nyai Hayat mencoba mengingat kembali pelajaran dan metode pengajaran di pondoknya sebagai rujukan. Demikian juga Gus Pri, menyusun semua strategi dan tata kelola pondok yang ideal secara outodidag.

Sesekali Gus Pri sowan ke sejumlah kiai. Sempat juga Gus Pri ngunduh ilmu ke KH Imron Jamil di Jombang. Belakangan, secara digital--Gus Pri belajar Kitab Al-Hikam karangan Syekh Ibnu Athoilah yang diasuh KH Imron Jamil, pendiri Pondok Pesantren dan sekolah Kiai Mojo di Jombang.

Tak puas dengan itu, Gus Pri beberapa tahun harus mengabdi ke sejumlah pondok untuk menimba ilmu. Sesekali Gus Pri siap jadi apa saja untuk kiai-nya. Harapnnya dengan menjadi asisten atau pembantu kiai, akan sedikit banyak mendapat cipratan ilmu dan karomah dari beberapa kiai tempat Gus Pri ber-hikmat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun