Mohon tunggu...
Keanu Aray
Keanu Aray Mohon Tunggu... -

Life would be meaningless, If we have a meaning for others

Selanjutnya

Tutup

Politik Artikel Utama

Mantan Supir yang Menjadi Presiden Myanmar

16 Maret 2016   22:52 Diperbarui: 17 Maret 2016   10:41 1308
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Di sebelah kanan Aung San Suu Kyi: Presiden baru Myanmar. Sumber: theguardian.com"][/caption]Republik Persatuan Myanmar yang sebelumnya dikenal dengan nama Birma, disebut "Burma" oleh Dunia Barat. Negara dengan luas 680 ribu Km² ini diperintah oleh pemerintahan militer sejak Kudeta tahun 1988. Negara ini adalah Negara Berkembang dan memiliki populasi lebih dari 50 juta jiwa. Ibu Kota negara ini sebelumnya terletak di Yangoon, sebelum dipindahkan oleh pemerintahan junta militer ke  Naypyidaw pada tanggal 7 November 2005.

Sejak 1988 demonstrasi menentang pemerintahan junta militer selalu menghiasi negara tersebut, hingga berakhirnya masa pemerintahan junta militer pada tahun 2011. Dan publik mengetahui secara luas melalui media, jika gelombang demonstrasi tersebut selalu berakhir dengan tindak kekerasan yang dilakukan oleh tentara terhadap para demonstran. Tahun 1988 hingga 2007 adalah era di mana kegelapan politik terjadi, dan tidak adanya demokrasi yang berpijak di bumi Myanmar. Tontonan pertikaian selalu saja menghiasi media internasional, hingga kecaman harus diterima oleh junta militer,

Sang pro-Demokrasi, 'sang ikon' Aung San Suu Kyi sendiri harus jatuh bangun memperjuangkan hak-hak rakyat Myanmar. Suu kyi yang tidak lain putri dari Jenderal Aung San (tokoh kemerdekaan Myanmar) harus merasakan pahit getirnya perpolitikan di negaranya. Pembubaran junta yang terjadi di tahun 2011 belum juga bisa menghasilkan Demokrasi, karena pemerintahan Myanmar masih diisi oleh eks pemimpin junta tersebut. Pengamat menyebut kondisi ini  dengan istilah: Demokrasi setengah jalan.

[caption caption="Ilustrasi: bbcnews.com"]

85422519-hi017659358-56e9878cba9373791d9235ec.jpg
85422519-hi017659358-56e9878cba9373791d9235ec.jpg
[/caption]

Kini Myanmar mempunyai Presiden baru yang notabene adalah mantan supir dari Suu Kyi yang bernama Htin Kyaw. Ini adalah sebuah momen yang sangat bersejarah dan akan menjadi torehan nuansa baru bagi rakyat Myanmar setelah berpuluh puluh tahun lamanya Myanmar belum pernah memiliki Presiden dari kalangan sipil, negara yang selalu berkecamuk dengan konflik dalam negeri.

Htin Kyaw memastikan kemenangan di Parlemen Myanmar setelah meraih sebanyak 360 suara dalam voting di majelis tinggi dan majelis rendah yang digelar Selasa 15/03/2016. Kyaw sendiri merupakan orang paling dekat dengan Ketua Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD), Aung San Suu Kyi, bahkan sempat menjadi asisten dan supir pribadi dari Suu Kyi. Kyaw juga merasakan bagaimana beratnya perjuangan bersama Suu Kyi di saat junta militer berkuasa di Myanmar.

Kita mengetahui setelah berakhirnya masa junta militer di Myanmar, Aung San Suu kyi tidak dapat mencalonkan dirinya sendiri. Beberapa alasan di antaranya adalah karena konstitusi melarang dirinya melangsungkan pernikahan dengan warga negara asing (seorang ilmuwan bernama Michael Aris) dan mempunyai dua putera yang juga berpaspor Inggris,

Namun ikon Demokrasi itu telah bertekad untuk terus memberikan yang terbaik bagi Myanmar, terlepas dari siapa pun yang menjadi presiden, dengan kemenangan mutlak partainya dalam Pemilu November 2015 lalu. Di parlemen, partai NLD telah menduduki mayoritas kursi. Dari 440 kursi di Majelis Rendah, sebanyak 255 kursi dikuasai oleh NLD. Dominasi NLD juga tampak di Majelis Tinggi, dengan dikuasainya 135 kursi dari 224 kursi. Dengan demikian, maka kemenangan Kyaw merupakan kemenangan mutlak bagi LND dan Rakyat Myanmar yang mendambakan Demokrasi. Inilah bentuk perjuangan sang ikon Suu Kyi sang penerima Nobel perdamaian, yang berhasil mengantarkan Htin Kyaw menjadi pemimpin baru Myanmar.

Sumber: Reuters

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun