Mohon tunggu...
Justin SURYA ATMAJA
Justin SURYA ATMAJA Mohon Tunggu... Wiraswasta - INDONESIA SELAMAT DAMAI SEJAHTERA

PERINDU dan PENCARI dan PEMBELAJAR CINTA

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Belajar Sabar dan Ikhlas dari Toilet

21 Juli 2020   01:20 Diperbarui: 21 Juli 2020   01:31 207
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sampurasun,

" Yang sabar yaaa.... Yang ikhlas yaaa... "

Kalimat pendek semacam itu sering banget kita dengar dari saudara atau teman-teman kita saat kita ditimpa kemalangan atau mengalami musibah. Pun demikian, kalimat itu juga gak jarang kita ucapkan kepada saudara atau sobat kita yang lagi dilanda kesedihan atau sedang berduka...

" Saya sabar koq.... saya bener-bener ikhlas "

Kalimat lain yang senada pun sering kita dengar atau kita ucapkan saat saudara/sobat atau kita sendiri mengalami kejadian tertentu yang kurang mengenakkan atau kurang diharapkan.

Namun, kalau kita teliti dan renungkan dengan sungguh-sungguh, kalimat hiburan itu benar-benar mencerminkan sikap hati kita ketika mengucapkannya? Apakah cuman sekedar basa-basi doang ajah?

Gini loh.. ada kalanya saat kita menghibur orang lain dengan "yang sabar yaaa.. yang ikhlas yaaa", itu di mulut.. tapi di dalam hati ternyata nyembul kalimat goib "sukurin lo.. rasain lo.."  Atau di acapkali mulut kita ngomong " saya sabar.. saya ikhlas ", lha dari dalem ternyata ada bisikan: ".. siwalan, semua gara-gara lo atau gara-gara dia.. "... heu heu heu...

Ya memang gak mudah mengukur tingkat kesabaran dan tingkat keikhlasan. Jangankan mencoba mengukurnya untuk orang lain, lha wong ngukur buat diri sendiri aja bukan main susahnya. Yang bikin susah kan kita sendiri nyaris selalu gak bisa jujur sama diri sendiri, apalagi sama orang lain...

Saya jadi inget nasihat Bapak saya tentang sabar dan ikhlas ini, meskipun sangat sederhana, kabar baik ini tak rasa perlu untuk diwartakan di lapak ini... Sebenarnya kita bisa koq ngukur tingkat kesabaran dan tingkat keikhlasan kita dengan cara sederhana. Bukan cuman ngukur sih, tapi kita juga bisa belajar bagaimana sabar dan ikhlas itu sebenarnya. 

Ki Sanak, Ni Sanak dan saya pasti punya kegiatan rutin saban hari, yaitu buang air kecil atau bak atau pipis dan buang air besar atau bab atau (maap nih) e'ek.. Saat kita kebelet pipis dan berkesempatan langsung menunaikannya di tempat yang pas, gimana rasanya? Ploooong atau nyesel"? Ya pasti plong lah! Trus saat kita mules tergopoh-gopoh ada panggilan alam lalu nongkrong di suatu tempat khusus, gimana? Ditungguin sampai selesai atau dibatalkan sebelum selesai? Ya pastinya dituntaskan to ya?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun