Mohon tunggu...
Jihad Hidayatullah
Jihad Hidayatullah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pemikir Amatir Isu Sosial

Life is like a piano, white and black. If Alloh swt play it, all will be a beautiful melody.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nurul Hakim; Peran Alumni dalam Ruang Nostalgia

27 Januari 2020   13:53 Diperbarui: 7 April 2020   22:27 269
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Momen Silaturrahim Bersama Almaghfurlah TGH. Syafwan Hakim (Alm)

Sebagai alumni, tentu kami bangga membawa nama besar Pondok Pesantren Nurul Hakim. Kemanapun kaki melangkah selalu ada saja kami temukan rekan sesama alumni yang kemudian menjadikan kami akrab seketika. 

Ketika bertemu dengan sesama alumni, kami selalu mengobrol panjang lebar. Obrolan kami sesama alumni tidak jauh dari bahasan pondok, bagaimana Nurul Hakim dulu dan sekarang, dan tentu tak lupa kami mendoakan Abuna Mudirul Ma'had Nurul Hakim Almaghfurlah TGH. Syafwan Hakim, semoga Allah SWT memberikan tempat terbaik di sisi_Nya.

Suatu saat di medium tahun 2012, ketika kami mahasiswa Unram saat itu melaksanakn KKN ke Desa Beber, Batukliang, Lombok Tengah, harus bertemu dengan kepala desa dan masyarakat setempat untuk menyatakan maksud kedatangan kami. Beberapa dari mereka ada yang mencemooh, "Aroo kanak kocet sak KKN ni" celotehnya dalam bahasa Sasak. Pak Kades pun terlihat kurang antusias dalam menyambut kami, barangkali "Nyusahan doang KKN ni" pikirnya.

Kesan-kesan negatif sangat terasa saat itu. Salah satu teman kami sempat ingin pindah lokasi KKN karena merasa tidak nyaman. Akan tetapi, ketika sesi perkenalan tiba, satu per satu kami memperkenalkan diri, kami diminta menyebutkan nama alamat dan latar belakang. 

Saya yang mendapatkan giliran paling akhir dengan polos menyebutkan nama dan alamat, dengan latar belakang Nurul Hakim Kediri. Sontak ketika mendengar kata "Nurul Hakim, Kediri", reaksi mereka sedikit berubah. 

Pada kesempatan itu, Pak Kades banyak bertanya tentang Nurul Hakim. Ternyata beliau kenal dekat dengan beberapa pengurus ponpes, dan terungkap salah satu keinginan terbesarnya adalah menyekolahkan anaknya ke Ponpes Nurul Hakim. Sayang beribu sayang anaknya harus ikut pamannya sekolah ke salah satu ponpes di Jawa Timur, kenangnya.

Setelah kejadian itu, kami merasa lebih diterima dan dihargai ketika berinteraksi dan bergaul di tengah-tengah masyarakat. Ketika waktu sholat tiba kami selalu dipersilakan jadi imam, selalu diundang ketika ada hajatan, dan bahkan beberapa kali memimpin zikir ketika ustad yang diundang berhalangan hadir, itu berlangsung sampai KKN berakhir. 

Masa KKN kami pun selesai, prosesi perpisahan dengan masyarakat dan perangkat desa yang bertempat di Kantor Desa Beber berlangsung hangat. Dalam kesempatan itu, mereka berpesan agar suatu saat kami bisa datang berkunjung dan menyambangi perkembangan program yang telah kami bangun di sana. 

Berikutnya ketika beberapa waktu lalu Mr. Skala Richter menyambangi Pulau Lombok. Kami yang tergabung dalam komunitas "Rocked" mencoba menjadi relawan. Nama "Rocked" dengan sejarah panjangnya bermula dari Ponpes Nurul Hakim dengan semua personelnya adalah alumni yang berasal dari Desa Kediri, Lombok Barat. 

Beberapa hari setelah Mr. Skala Richter mengguncang Pulau Lombok, Rocked dan Alumni MTs '05 & MA '08 Nurul Hakim melakukan penggalangan dana dengan cara swadaya. Syukurnya beberapa rekan kami ada yang sekolah dan bekerja di luar daerah maupun luar negeri, seperti di Pulau Jawa, Madinah, Jepang yang juga ikut melakukan penggalangan dana untuk korban gempa Lombok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun