Mohon tunggu...
Cerpen

Sosok Berpakaian Hitam

2 November 2017   13:44 Diperbarui: 2 November 2017   13:56 725
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jiwa yang lama segera pergi...   Bersiaplah para pengganti....

Gigi ku bergemeretak menahan tubuh yang menggigil kedinginan. Berselimutkan gelap bersama pakaian yang basah kuyup oleh hujan. "Ooh,, di mana aku sekarang?", sebuah tanya terlontar dari bibir keluh ku dan tak akan pernah aku temu kan jawab nya.

Seketika sebuah bulir air bening mengalir menghangatkan wajah ku berbarengan dengan langit yang bergemuruh bersahut-sahutan dengan kilatan petir yang sesekali memberikan bias cahaya dalam gelap ku.

Aku membuka mata, mencoba menemu kenali keadaan di sekitar ku. Ku duduk meringkuk memeluk ransel agar bisa lebih menghangatkan tubuh, merasa kan dinding yang lembab di sebelah ku. 

Bias cahaya petir yang masuk dari jendela kecil sesaat memberikan gambaran tentang di mana aku berada, "hmmm,, sebuah rumah tua yang sudah terlalu lama tak terjamah", ujar ku sambil terus melihat ke sekeliling.

Bulir air mata ku kembali mengalir di pipi, mengingat apa yang terjadi beberapa saat lalu. Saat di mana aku duduk nyaman di dalam bis  menuju ke Palembang kota kelahiran  ku. Dengan ditemani suara musik sendu yang mengalun dari mp3 player ku, aku mendengarkan percakapan dua orang laki-laki yang berumur separuh baya di kursi depan. Dengan logat bahasa daerah yang kental, mereka membicarakan tentang makhluk misterius yang sering menampakkan diri di jalan lintas antara Inderalaya-Palembang.

Aku sedikit tertarik dengan percakapan tersebut, sambil menurunkan volume mp3 player ku, aku pun memasang telinga agar bisa menangkap dengan jelas percakapan yang rada horor tersebut.

"Rupa nya bagaimana?", tanya laki-laki yang duduk di bagian kanan dekat jendela. "Entah lah, menurut orang-orang yang pernah melihat, rupa nya berbeda-beda, tapi yang pasti ia berpakaian serba hitam. Hanya orang tertentu yang bisa melihatnya", jawab laki-laki yang kemudian terbatuk-batuk terhirup asap rokoknya sendiri. "Ssst, makhluk ini sering meminta korban yang konon si korban akan di hirup darah nya sampai habis tak bersisa", ujarnya dengan setengah berbisik seakan-akan takut ada yang mendengarkan.

Aku tersenyum kecut saat kedua laki-laki tersebut mengalihkan tema obrolannya. Dengan kembali menaikkan volume mp3 player yang menandakan acara menguping percakapan ku telah selesai. Aku menatap sang senja yang kelam karena terselimut hujan lebat dari jendela bis, pikiran ku melayang ke percakapan kedua laki-laki tadi. 

Apakah benar ada makhluk misterius yang menurut ku dari gambaran cerita hampir menyerupai sosok vampire atau drakula yang sering ada di film-film? tanya ku kepada diri sendiri. "Aah,, drakula kan hanya tokoh utama dari novel fiksi karya Bram Stoker yang konon lemah terhadap bawang putih dan salib. Hmm,, kalau drakula nya ganteng kayak Robert Pattison si pemeran Edward Cullen dalam film Twilight mesti deh aku bakal minta tanda tangan kalau ia menampakkan diri!", ujar ku sambil tersenyum sendiri saat pikiran ku bermain dalam khayalan.

"Apa itu!!!", seluruh penumpang tersentak bersama dengan teriakkan pak sopir dan injakkan rem secara mendadak. Suasana yang hening mendadak menjadi ramai, seorang bayi pun menyumbangkan tangisnya. "Ada apa bang?", tanya kernet bis yang langsung menuju ke bagian depan. "Tak taulah aku, tadi ada sesuatu yang hitam terbang melintas!", ujar pak sopir dengan logat Medan nya. "Bapak Ibu semua tenang! kita akan segera melanjutkan perjalanan!", ujar pak sopir sambil menginjak pedal gas dengan pelan. Seluruh penumpang kembali tenang, sang kernet kembali pada posisi nya di pintu belakang, hanya suara tangis bayi masih terdengar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun