Mohon tunggu...
JusmanJas
JusmanJas Mohon Tunggu... Penulis - nulis

berjalan saja

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kenapa Milenial Memilih Golput?

12 April 2019   11:56 Diperbarui: 12 April 2019   12:21 112
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Analisis Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Semakin mendekati hari H pemilu, tapi suhu politik masih hangat meskipun katanya sudah minggu tenang.   Ya, mungkin masih terbawa suasana. Terkait pemilu, sepertinya tidak bisa dilupakan begitu saja bahwa di samping suara emak-emak, suara yang menjadi incaran pada pemilu 2019 adalah suara milenial. 

Dengan jumlah suara milenial  yang mencapai puluhan juta maka tidak heran jika para kontestan politik memburu suaranya, karena dari segi angka memang menggiurkan. Tapi pertanyaannya apakah ada jaminan dengan jumlah milenial yang mencapai angka sekian puluh juta itu akan datang ke bilik suara memberikan pilihannya? 

Data juga menunjukan bahwa setiap pemilu khususnya pilkada partisipasi pemilih masih saja cendrung menurun, begitu juga dengan pemilih milenial. Lantas kenapa orang memilih golput, khususnya milenial. 

Diantara penyebabnya adalah karena bosan dengan janji politik, atau yang populer karena memang tidak mau peduli siapapun calon legislatif ataupun calon presidennya, mungkin menurutnya tidak ada yang baik walau kata KPU mereka sudah layak,   milenial juga sepertinya bosan karena tidak ada wajah yang baru yang akan dipilih. 

Pemilhan Capres-Cawapres masih saja harus memilih wajah yang sama meskipun wakilnya berubah, dan alasan-alasan lainnya. Tapi poinnya adalah dari sekian ratus juta penduduk Indonesia tapi yang maju masih itu saja, seperti tidak ada wajah baru yang lahir. 

Tapi penyebab kuat kenapa orang memilih golput, khususnya milenial adalah karena datang dari milenial itu sendiri yang memang tidak mau tahu dengan perpolitikan. 

Bisa dilihat dari yang paling dekat dalam dikehidupan sehari-hari, ketika para milenial berkumpul yang mereka bahas juga memang bukan tentang politik, tapi bagaimana gaya terbaru, apa keluaran baru pada hp merek tertentu, dan obrolan lainnya yang memang jauh dari obrolan politik, lupa mereka kalau bahan dapur di pasar juga naik harga, mereka juga tidak dengar kalau emak-emak sudah berteriak karena harga yang mahal, dan itu terjadi tidak terlepas dari adanya proses politik. Walaupun pada akhirnya golput adalah hak, yang artinya bisa digunakan bisa tidak. 

Singkatanya, meskipun golput adalah hak yang boleh digunakan ataupun tidak, tapi marilah kita pilih untuk menggunakannya dengan datang dan memberikan pilihan di bilik suara. 

Disamping memberikan partisiapasi politik juga memberikan kabar  baik pada penyelenggara pemilu karena jumlah pemilih sesuai yang ditargetkan. Karenanya kepada kaum milenial atau yang merasa milenial mari tentukan pilihan, syaratnya jangan galau di 17 april mendatang.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun