Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Indonesia Jadi Lahan Perang E-Commerce (Alibaba, Amazon, Podomoro dan Lippo)

7 November 2016   10:08 Diperbarui: 8 November 2016   10:51 558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi: businessnewsdaily.com

Perang bintang e-commerce akan terjadi sangat sengit di Indonesia. Bukan hanya karena kehadiran e-commerce dan marketplace global seperti Alibaba serta rencana Amazon untuk masuk Indonesia tahun 2017 nanti, tapi juga keikutsertaan konglomerasi nasional di ajang pertarungan bisnis online ini.

Seperti diumumkan pekan kemarin, Agung Podomoro Land tengah menyiapkan e-commerce yang direncanakan mulai beroperasi tahun 2017 mendatang. Kehadiran e-commerce Agung Podomoro bertujuan untuk memfasilitasi para pedagang di 10 trade mall yang dikelola oleh APLN. Pedagang dari kalangan UKM tersebut dijembatani agar bisa menjaga eksistensi di era ekonomi digital.

Bisa diperkirakan, e-commerce APLN akan mengadopsi model online to offline (O2O). Yakni mengintegrasikan e-commerce mereka di lini online dengan toko-toko yang dimiliki oleh para pedagang UKM di channel offline. Model O2O ini diperkirakan menjadi tren e-commerce masa depan di tengah masih besarnya keraguan melakukan transaksi online yang tidak didukung oleh channel offline.

Sebelumnya, Lippo Group yang awalnya dikenal sebagai perusahaan properti, juga serius menggarap bisnis e-commerce dengan meluncurkan mataharimall. E-commerce milik Lippo ini disinergikan dengan Matahari Department Store sebagai saluran offline untuk pickup point yang dilakukan secara online.

Raksasa e-commerce dari China, Alibaba sangat ambisius untuk mengokohkan hegemoni di ranah bisnis online. Alibaba telah rampung mengakuisisi Lazada dengan nilai lebih dari Rp 13 triliun. Aksi korporasi tersebut menjadi strategi perusahaan milik Jack Ma ini untuk menguasai pasar e-commerce di Asia Tenggara. Diketahui, Lazada merupakan e-commerce yang telah beroperasi di sejumlah negara Asia Tenggara. Antara lain Indonesia, Malaysia, Filipina, Thailand, dan Vietnam.

Akhir tahun 2015, populasi digital (internet user) di Asia Tenggara sendiri berjumlah 250 juta orang dengan persentase pertumbuhan dua digit pertahun. Tahun 2016 ini, pengguna internet Asia Tenggara diperkirakan mencapai angka 300 juta orang yang sepertiganya ada di Indonesia. Maka tak heran bila Indonesia menjadi incaran para pebisnis online.

Termasuk raksasa internet asal Amerika Serikat, Amazon juga diketahui tengah mempersiapkan diri untuk menjajal pasar Indonesia tahun 2017 mendatang dengan modal awal Rp 8 triliun. Kehadiran Amazon di Asia Tenggara sendiri sudah ditandai dengan pembangunan infrastruktur perusahaan tersebut di Singapura. Menguasai Asia Tenggara tentu saja tidak mungkin jika melewatkan Indonesia. Maka kehadiran Amazon di Singapura ini menjadi alarm bagi para e-commerce lokal.

Sebagai catatan tambahan, di India Amazon sukses mengacak-ngacak pasar e-commerce Flipkart, startup lokal di negeri Bollywood tersebut. Flipkart yang tadinya menjadi market leader, harus merelakan kehilangan 50% pasarnya setelah Amazon masuk. Risiko yang sama, tentu juga mengancam stratup di Indonesia jika tidak jeli menutup celah di mana Sang Raksasa tidak bisa menyelinap masuk.

Adapun e-commerce Agung Podomoro yang siap menghadang Alibaba dan Amazon nantinya menerapkan online to offline sebagai diferensiasi sekaligus kekuatan. E-commerce ini mengandalkan jaringan toko di trade mall dan shopping mall yang tersebar luas di Indonesia sebagai saluran distribusi.

Terlebih, Agung Podomoro sudah memiliki investasi yakni jaringan pedagang UKM di trade mall yang didaulat sebagai aktor utama di e-commerce tersebut. Mereka menjual semua jenis barang yang bisa diperdagangkan secara online. Mulai dari produk fashion, perlengkapan rumah tangga, perkakas listrik hingga sparepart otomotif.

Kelengkapan produk ini yang tidak dimiliki oleh matahari mall yang sebelumnya telah menjadi perintis konsep O2O di Asia Tenggara. Adapaun Alibaba dan Amazon, sudah dipastikan kesulitan untuk bisa mengejar Podomoro maupun Lippo dalam hal jaringan distribusi di Indonesia, meskipun Alibaba dan Amazon mungkin saja membangun juga konsep yang sama. Tapi nilai investasinya akan sangat besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun