Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Di Balik Pengangguran yang Berkurang

8 November 2018   16:22 Diperbarui: 8 November 2018   16:24 1288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber ilustrasi (hbr.org)

Oleh : Jusman Dalle

(Direktur Eksekutif Tali Foundation dan Praktisi Ekonomi Digital)

***

Penurunan angka pengangguran sebesar 40.000 dalam setahun terakhir sebagaimana disampaikan dalam rilis teranyar Badan Pusat Statistik (BPS), mengindikasikan kuatnya kontribusi sektor ekonomi digital dalam memompa kinerja ekonomi nasional. 

Ekonomi digital layak didaulat sebagai lokomotif agenda sosial ekonomi Indonesia. Menurut BPS, sektor penyediaan akomodasi, makan minum dan ransportasi merupakan tumpuan serapan tenaga kerja setahun terakhir. Ketiga sektor industri ini memang melambung berkat digitalisasi.

Industri akomodasi tumbuh moncer terdorong oleh trend pariwisata yang berkembang pesat terpacu oleh online travel agent yang menjamur dan kian gencar merilis produk-produk yang berdampak promotif dan memacu gairah pariwisata. 

Demikian pula industri makanan dan minuman, sektor industri yang tidak ada matinya karena menyangkut kebutuhan dasar manusia. Industri ini semakin bergairah setelah berasimilasi dengan digitalisasi. 

Layanan pemesanan makanan dan minuman secara online, trend food blogger di kalangan milenial, hingga berbagai promo untuk menarik konsumen di tengah gencarnya persaingan di industri food and beverage berbasis aplikasi, turut menggugah selera hingga berimplikasi pada serapan tenaga kerja.

Tak ketinggalan, layanan transportasi, seperti temuan BPS, turut pula memberi andil besar dalam menyerap tenaga kerja secara masif. Kemunculan aplikasi ride hailing yang merambah ke berbagai kota, membuka jutaan lapangan kerja. Bukan cuma sebagai pengemudi, namun juga di lini lain dari ekosistem transportasi online ini.  

Pemandangan 'jaket dan helem ijo' yang identik dengan dua penguasa utama pasar ride hailing, bertebaran di jalanan kota-kota Indonesia. 

CEO Gojek, Nadiem Makarim mengungkapkan bila satu juta keluarga di Indonesia menikmati dampak ekonomi dari aplikasi besutannya. Pernyataan itu dilontarkan tahun 2017 yang lalu. Serapan tenaga kerja Gojek tentu sudah jauh lebih maju saat ini.

Klaim Nadiem Makarim bukan omong kosong. Berbagai hasil penelitian mengonfirmasi kontribusi sosial ekonomi layanan pemesanan transportasi online itu. Riset Pusat Kajian Komunikasi Universitas Indonesia (Puskakom UI) menyebut bila 85% mitra pengemudi Go-Jek merupakan lulusan pendidikan menengah. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun