Mohon tunggu...
Jusman Dalle
Jusman Dalle Mohon Tunggu... Editor - Praktisi ekonomi digital

Praktisi Ekonomi Digital | Tulisan diterbitkan 38 media : Kompas, Jawa Pos, Tempo, Republika, Detik.com, dll | Sejak Tahun 2010 Menulis 5 Jam Setiap Hari | Sesekali Menulis Tema Sosial Politik | Tinggal di www.jusman-dalle.blogspot.com | Dapat ditemui dan berbincang di Twitter @JusDalle

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Bermodal Gawai, Denny Mengantongi 20 Juta Perbulan

1 November 2018   12:27 Diperbarui: 1 November 2018   12:48 482
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi milenial tajir yang piawai mengumpulkan pundi-pundi dengan modal gawai.Sumber : www.consultas-abogados.es

Simbol-simbol milenial mendominasi materi komunikasi atributif para kandidat di berbagai medium promosi. Mendekati pemilih milenial memang bukan langkah mudah. Milenial adalah generasi yang cuek dengan urusan politik. 

Di berbagai negara, partisipasi politik milenial bahkan termasuk rendah. PEW Research mencatat hanya 51% pemilih milenial yang menggunakan hak pilihnya di Pilpres AS 2016. Angka yang amat rendah dibanding dengan pemilih di segmen usia yang lain.

Sikap cuek terhadap politik merupakan perilaku bawaan generasi milenial secara global. Di Indonesia, beberapa survei merekam preferensi pemilih milenial. Baik untuk kandidat caprescawapres maupun untuk partai politik. 

Menurut survei Saiful Mujani Research Center (SRMC) tahun 2017 silam, pasangan Joko Widodo-Ma'ruf Amin masih unggul di kelompok pemilih usia muda.

Senada, survei LSI Denny JA yang digelar pada Agustus 2018 juga menangkap hasil serupa. Sebanyak 50,8% responden pemilih muda usia 17-39 tahun melabuhkan pilihan ke Jokowi-Ma'ruf, sedangkan Prabowo- Sandi meraup 31,8%.

Di tingkatan partai politik, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) menjadi parpol paling populer di kalangan milenial. PDIP bahkan mengalahkan popularitas Partai Solidaritas Indonesia (PSI), meski partai baru ini paling getol membangun citra sebagai partainya anak muda. 

Kuatnya dukungan milenial ke PDIP tentu tak lepas dari coattail effect yang diperoleh dari sosok Presiden Jokowi.

Walau bagaimanapun, Jokowi tetap identik dengan PDIP. Di luar Jokowi effect, belakangan ini PDIP memang mulai aktif mendekati milenial dengan mengomunikasikan caleg-caleg muda dari kalangan selebritas dan pesohor.

Tapi yang paling menarik, di luar faktor pendekatan komunikasi, kecenderungan pilihan milenial ini tak lepas dari kuatnya kesan kehadiran pemerintah di kancah ekonomi digital. Impresi pertumbuhan ekonomi digital memberikan efek 'wow' kepercayaan kepada pemerintah. Di kalangan milenial menilai ada upaya pemerintah bekerja memajukan industri digital.

Impresi ekonomi digital merupakan faktor kunci dalam membaca arah dukungan generasi muda dalam kontestasi piplres dan pileg. Terutama bagi petahana dan parpol pendukungnya yang paling mudah mengakses milenial melalui industri digital. Preferensi tersebut persis stigma yang dicapkan ke milenial sebagai generasi pragmatis.

Penulis buku Fast Future: How the Millennial Generation Is Shaping Our World, David Burstein bahkan menyebut milenial sebagai generasi pro realitas yang "beridealisme pragmatis".

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun