Mohon tunggu...
Jusak
Jusak Mohon Tunggu... Konsultan - Pelatih Hukum Ketenagakerjaan Pro Bono dan Direktur Operasional di Lembaga Pendidikan

Memberi pelatihan kasus-kasus ketenagakerjaan berdasarkan putusan hakim, teamwork, kepemimpinan. Dalam linkedin, Jusak.Soehardja memberikan konsultasi tanpa bayar bagi HRD maupun karyawan yang mencari solusi sengketa ketenagakerjaan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Perangkap Komitmen, Usaha Mempelajari Keterampilan Hidup

26 Februari 2023   22:22 Diperbarui: 13 Maret 2023   20:59 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Anda sedang duduk rumah makan, amat lapar dan mata Anda membaca menu dengan cepat. Pilihannya antara menu hemat dan satuan. Anda segera melihat menu satuan apapun kombinasinya, dengan minum dan lauk, yang disajikan pasti lebih mahal daripada menu hemat. Akhirnya menu hemat yang Anda pilih. "Pilihan yang bagus," kata pelayan sambil tersenyum, "kebanyakan orang memilih yang sama." Setelah Anda makan, Anda sadar terlalu sering makan gorengan dan minum manis. Anda berkomitmen makan menu hemat, tapi juga krusial kolesterol dan diabetes. 

Orang bilang paling penting untuk sukses adalah 'Komitmen'. Menariknya, daripada komitmen pada satu hal yang baik, orang justru komitmen pada hal yang menarik dan populer. Reels di Instagram, Shorts di Youtube, pesan WA dan berbagai layar yang sedap dipandang mata, semua berlomba menarik perhatian Anda. 

Anda merasa terlayani kebutuhannya, terkesima atas sarannya, dan merasa seperti raja, padahal saat itu seharusnya seperti budak yang disuapi. Saat memilih menu hemat, seharusnya seperti robot yang tak memikirkan masa depan dan kesejahteraan.

Kebanyakan tawaran adalah pencurian, bukan hadiah; Tawaran adalah kekalahan, bukan kemenangan, dan pengurangan, bukan melebihkan. Saat Anda membacanya, Anda membayar dengan berkomitmen pada yang tak perlu, waktu yang berharga, atau bahkan uang; semua itu sumber daya terpenting.

Saat di pekerjaan, manajemen menyodorkan perjanjian kerja dan peraturan perusahaan. Saat Anda menandatangani nya, Anda berkomitmen. Tragisnya bila materinya tidak sesuai undang-undang, Anda mengalami pengurangan hak-hak Anda. Bila terjadi perselisihan kerja, Anda harus berteriak lebih keras agar didengar. Atau Anda kalah.

Kasus Adi di Palembang

Mari melihat kasus Adi di Palembang. Sudah 5 tahun ini, ia mengawasi operasional kontainer masuk keluar di perusahaan. Akhir-akhir ini seorang sopir kontainer sahabatnya memberikan hadiah yang baik hati. Sang sopir membawakan setengah peti minuman keras impor, wiski gratis untuk Adi. Wiski dibawa si sopir dari pasar gelap entah bagaimana caranya.

Belum pernah Adi mencicipi minuman wiski ini sebelumnya, harganya di toko bisa lima kali lipat dan lebih manis lagi karena minuman ini ilegal dan gratis. Menerima hadiah seperti ini bisa disebut manajemen menerima sogokan. Bila manajemen mengetahui hukumannya berat. Bila polisi mengetahui bisa disebut penyelundupan. Tapi Adi memutuskan untuk tak peduli, menerima wiski dan berkomitmen membantu sang sopir. Adi simpan wiski itu, diminum sendiri dan sebagian dijual. 

Nahas. Kebetulan ada karyawan lain yang tahu dan entah iri hati atau patuh pada peraturan, ia melapor ke sekuriti. Sekurit melaporkan ke manajemen dan akhirnya memang manajemen dapat membuktikan komitmen Adi yang salah arah. Manajemen langsung menganggap Adi melakukan pelanggaran bersifat mendesak dan mem-PHK Adi karena keadaan mendesak, tanpa surat peringatan sama sekali dan tanpa pesangon. 

Adi menuntut di pengadilan, karena pelanggaran mendesak itu walau terbukti, ia meminta pesangon. Perusahaan membantah di pengadilan, karena peraturan perusahaan (PP) menyatakan pelanggaran berat tidak diberi pesangon. Manakah yang dibela oleh hakim?

Pelanggaran Adi bersifat mendesak itu benar. Karena itu hakim mengikuti pasal 52 PP nomor 35, yaitu pelanggaran itu membuat karyawan tidak mendapat pesangon dan tak dapat uang penghargaan masa kerja. Adi kalah di pengadilan. Sayangnya otak Adi berkomitmen belum belajar untuk menjauhi ajakan sahabatnya dan dengan mudahnya membantu hal yang salah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun