Mohon tunggu...
Jurnalisme Pariwisata Sejarah
Jurnalisme Pariwisata Sejarah Mohon Tunggu... Mahasiswa - mahasiswa

Saya adalah mahasiswa UNJ pendidikan Sejarah. Disini saya upload artikel teman-teman saya mengenai pariwisata dan sejarah.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Ada apa dengan Kebaya Zaman Kartini?

14 Mei 2022   20:11 Diperbarui: 14 Mei 2022   20:39 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dalam tingkatan status masyarakat, pakaian bisa memperlihatkan tingkat status seseorang. Fashion working of power as also clearly very closely connected to economic and social status. Pakaian tidak dapat dipisahkan dari perkembangan sejarah kehidupan dan budaya manusia". Dengan kata lain, fashion dapat diartikan sebagai kulit segi sosial yang mengandung pesan dan juga cara hidup individu maupun komunitas tertentu yang menjadi bagian dari kultur sosial. Termasuk pada penggunaan kebaya Kartini, lalu ada apakah dengan Kebaya pada Era Kartini? Yuk kita kupas tuntas!


Sebelum membahas megenai kebaya Katini, kita harus lebih dulu mengenal sosok yang satu ini. Kartini menjadi sosok yang menginspirasi seluruh wanita di Indonesia, bukan hanya dari tiap pemikirannya melainkan dari setiap segi bahkan sudut dalam dirinya menjadi sebuah role model  bagi banyak orang khususnya wanita. Kartini dalam perjuangannya menggunakan busana kebaya saat memperjuangkan emansipasi dan pendidikan perempuan Indonesia. Setiap 21 April, Indonesia memperingati Hari Kartini. Peringatan Hari Kartini ini selalu identik dengan kebaya, mengingat busana inilah yang dikenakan Kartini saat memperjuangkan emansipasi dan pendidikan perempuan Indonesia.

kartini-sisters-627fa99a4b9a47490435bdd2.jpg
kartini-sisters-627fa99a4b9a47490435bdd2.jpg
Kartini lahir di Jepara 21 April 1879. Dari semua saudara kandung, Kartini adalah anak perempuan tertua, sedangkan Kardinah lebih muda dua tahun darinya. Baik Kartini dan Kardinah lahir dari pernikahan sang ayah dengan Mas Ajeng Ngasirah. Sementara itu, Roekmini merupakan adik tiri Kartini. Ketiga bersaudara ini merupakan darah keturunan bangsawan Jawa yang sama-sama memperjuangkan hak wanita.

hsdvu-627fa9da4b9a476580456872.jpg
hsdvu-627fa9da4b9a476580456872.jpg
Kartini yang merupakan darah keturunan bangsawan pastinya mendapatkan hak istimewa termasuk dalam hal berpakaian. Lalu ada hal menarik apakah saat zaman kartini mengenai busana yang beliau kenakan? Mungkin kita jarang mendengar bahwasannya busana kebaya dahulu hanya digunakan oleh kaum elit, bangsawan atau eksekutif saja. Karna busana ini merupakan penggambaran wanita yang anggun, dan bermartabat. Maka wajar saja ketika kebaya zaman Kartini tidak bisa digunakan sembarang orang.

            Kebaya sendiri sebetulnya sudah diperkenalkan ke nusantara sejak abad ke-16 sampai abad ke-17. Melalui perdagangan dan hubungan diplomatik, pengaruh kebaya menyebar ke wilayah lain dan diadopsi oleh kerajaan tetangga termasuk Aceh, Riau, Sumatera Utara hingga Johor. Kebaya tersebut disesuaikan dengan bentuk dan gaya di seluruh wilayah masing-masing. Hingga kebaya hanya dikenakan oleh kalangan bangsawan dan bangsawan kecil. Baru pada abad ke-17, wanita dari rakyat jelata dan petani di Jawa mulai mengenakan versi kebaya yang lebih sederhana, menggunakan peniti untuk mengencangkan blus. Pada waktu tersebut, kebaya menjadi pembeda kelas dan status sosial. Kebaya bangsawan Jawa terbuat dari sutra, beludru dan brokat. Sedangkan perempuam Jawa yang termasuk kelas biasa mengenakan katun berpola.

            Sampai kepada masa pendudukan Jepang di Indonesia (1942-1945), para tawanan perang perempuan Indonesia yang berpendidikan memilih untuk mengenakan kain dan kebaya daripada pakaian barat yang dialokasikan untuk mereka sebagai pakaian penjara.

            Itulah hal menarik mengenai kebaya Zaman Kartini, yang ternyata tidak bisa digunakan sembarang orang loh. Hanya kaum bangsawan saja yang bisa mengunakan kebaya dengan aksesoris dan bahan terbaik. Hingga perjuangan Kartini dalam emansipasi memberikan ruang bagi seluruh wanita Indonesia untuk bisa menggunakan kebaya dan tidak membatasi status sosial, dan tetap mencerminkan sisi wanita Indonesia yang anggun, berartabat, dan mandiri. "Kebaya merupakan busana yang memiliki nilai sejarah panjang, punya andil dalam proses kemerdekaan. Mengapa enggak kita pakai? Kenapa enggak diangkat jadi pakaian identitas, seperti pakaian sari di India. Maunya kebaya jadi seperti itu," kata Ketua Komunitas Perempuan Berkebaya (KPB) Indonesia Rahmi Hidayati tahun 2019 dalam deklarasi Indonesia berkebaya di Museum Nasional.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun